Entri Populer

Minggu, 24 Oktober 2010

proposal-Q

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tujuan pengajaran fisika di SMP adalah agar siswa memahami konsep-konsep fisika dan saling keterkaitan serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga lebih menyadari kebenaran dan kekuasaan penciptanya. Berdasarkan sifat dari mata pelajaran fisika tersebut maka dalam kegiatan belajar mengajar siswa hendaknya dilatih untuk menyatukan konsep, siswa dapat memahami bahwa konsep tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan bermakna.
Beberapa praktek di sekolah dijumpai penurunan mutu belajar yang disebabkan oleh penggunaan pendekatan dan strategi pembelajaran yang kurang tepat. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru fisika dan beberapa siswa kelas VIII SMP Maarif Kalibawang yang dilakukan pada bulan Agustus 2010, diperoleh informasi bahwa pembelajaran tidak mempertimbangkan latar belakang, pengalaman, dan lingkungan sekitar siswa. Proses belajar mengajar yang dilakukan cenderung menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional. Siswa belajar di dalam kelas. Kegiatan pengamatan langsung terhadap objek fisika di lingkungan sekitar siswa dan kegiatan diskusi kelas maupun diskusi kelompok jarang dilakukan.
Keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran masih rendah. Keaktifan tersebut hanya didominasi oleh siswa yang rajin dan aktif di dalam kelas. Sementara siswa yang lain masih pasif dan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran. Keaktifan belajar tersebut meliputi mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/siswa, membuat peta konsep, berdiskusi antarsiswa/kerja kelompok dan berdiskusi/interaksi antara siswa dan guru. Materi Energi dan Usaha merupakan salah satu materi fisika yang berkaitan dengan kehidupan nyata di lingkungan sekitar tempat tinggal siswa. Objek permasalahan yang muncul dalam pembelajaran Energi dan Usaha seperti perubahan bentuk energi, energi potensial dan energi kinetik, usaha dan daya . Kondisi yang demikian memungkinkan untuk dilakukan pemilihan pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan pembelajaran kontekstual. Salah satu aplikasi pembelajaran kontekstual yang dianggap dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa adalah membelajarkannya melalui pengamatan langsung terhadap objek permasalahan sesungguhnya yang ada di sekitar siswa. Hasil pengamatan siswa kemudian didiskusikan oleh siswa melalui diskusi kelompok sesuai dengan asas kontekstual yaitu pembelajaran melalui masyarakat belajar. Pola pembelajaran tersebut bukan sekedar transfer ilmu antara guru dan siswa, melainkan membebaskan dan melepaskan pikiran siswa untuk merasakan, mengamati, menemukan, dan menyimpulkan analisis secara pribadi.
Pemahaman siswa tentang fisika sebagai ilmu, diasumsikan sebagai ilmu hafalan dan menghitung dan tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.. Siswa belajar dengan cara hafalan untuk memahami konsep fisika yang ada. Cara belajar yang digunakan oleh guru di SMP Maarif Kalibawang selama ini sudah mampu menjadikan siswa paham dengan materi yang disampaikan, namun pemahaman siswa bersifat sementara.
Pemilihan strategi pembelajaran dilakukan untuk membantu siswa belajar yang bermakna. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi belajar peta konsep. Pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal) (Holil 2008). Jadi, supaya belajar menjadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Peta konsep yang digunakan oleh siswa untuk mencatat materi pelajaran akan memepermudah siswa dalam mempelajari dan memahaminya, karena materi disusun secara sistematis dan urut.
Permasalahan yang ada di SMP Ma’arif Kalibawang yaitu keaktifan selama proses pembelajaran masih rendah dan kurang melibatkan siswa serta hasil belajar atau prestasi yang belum memenuhi ketuntasan secara klasikal. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran fisika kelas VIII yang ditetapkan di SMP Ma’arif Kalibawang adalah 60. Siswa yang mencapai nilai ≥ 60 berjumlah 62,5%. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa kelas VIII tahun pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran fisika materi Energi dan Usaha dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan peta konsep. Penggunaan pendekatan kontekstual dan peta konsep ini diharapkan kegiatan siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat. Siswa lebih mudah memahami dan mengingat dalam waktu yang lama konsep Energi dan Usaha karena pembelajaran dengan melihat kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah diingat.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang timbul dalam pembelajaran fisika materi Energi dan Usahadi kelas VIII SMP Ma’arif Kalibawang tahun pelajaran 2010/2011 adalah keaktifan belajar siswa meliputi kegiatan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/siswa, membuat peta konsep, berdiskusi antarsiswa/kerja kelompok dan berdiskusi/interaksi antara siswa dan guru masih rendah. Hasil belajar siswa baru mencapai 62,5% siswa tuntas belajar dengan ketuntasan belajar dan KKM yang ditetapkan 60. Hal ini juga disebabkan siswa belajar tidak berdasarkan pengalaman yang dialami oleh siswa sendiri dan pengetahuan awal siswa tidak dilibatkan dalam pembelajaran. Pemahaman siswa tentang konsep fisika sebagai ilmu hafalan dan hitungan masih melekat di pikiran siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan masalah, apakah melalui penerapan pendekatan kontekstual dan peta konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa pada materi Energi dan Usaha kelas VIII SMP Ma’arif Kalibawang?
D. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan pemahaman terhadap penafsiran judul skripsi “PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI DAN USAHA KELAS VIII SMP MA’ARIF KALIBAWANG”
Untuk menghindari timbulnya kesalahpahaman dalam penafsiran dari judul skripsi tersebut, maka perlu disampaikan penegasan istilah sebagai berikut:
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi lingkungan sekitar siswa dengan menerapkan pilar konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar dan penilaian nyata dalam proses pembelajaran.
2. Peta Konsep
Peta konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis peta konsep pohon jaringan untuk memvisualisasikan suatu hirarki yaitu dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif pada materi Energi dan Usaha yang dihubungkan oleh kata-kata singkat dalam satu kesatuan yang mengandung arti.
1. Meningkatkan Keaktifan Belajar
Meningkatkan keaktifan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu upaya untuk merubah atau menaikkan keaktifan yang dilakukan siswa berupa kegiatan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/siswa, membuat peta konsep, berdiskusi antarsiswa/kerja kelompok dan berdiskusi/interaksi antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Prestasi Belajar
bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja. Selanjutnya pengertian belajar, untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya :
belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini prestasi belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.
3. Materi Usaha dan Energi
Energi dan Usaha merupakan salah satu materi fisika yang diajarkan di kelas VIII semester gasal dengan standar kompetensi : 2. Memahami peranan gaya, usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar 2.3. Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi energi dan usaha meliputi pengertian energi, bentuk-bentuk energi, energi kinetik dan energi potensial, kekekalan energi, dan hubungan antara energi usaha dan daya.

3. CARA PEMECAHAN MASALAH
Permasalahan di atas dapat diselesaikan melalui pendekatan kontekstual dengan mengajak siswa mengamati langsung objek fisika di lingkungan sekitar siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta penggunaan peta konsep untuk memudahkan siswa dalam memaknai hubungan antar konsep.

4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Ma’arif Kalibawang tahun pelajaran 2010/2011 pada materi energi dan usaha dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan peta konsep.
5. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberi manfaat yang berarti bagi perorangan atau institusi di bawah ini.

A. Siswa
Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan memperoleh hasil belajar yang optimal.
B. Guru
Sebagai pengalaman guru dalam menggunakan strategi pembelajaran dan sebagai korekasi diri terhadap strategi yang telah digunakan selama ini sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang lebih baik.
C. Sekolah
Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran.

6. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Karakteristik Fisika
Pembelajaran sains mempelajari permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam dan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dan sains dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema dan tempat kejadiannya. Pembelajaran sains memerlukan kegiatan penyelidikan baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu pembelajaran sains mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, siswa dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berfikir kreatif, kritis, analisis dan divergen.
Indrawati (2008) menyatakan dalam pembelajaran IPA atau sains, siswa dituntut untuk menguasai/memiliki kemampuan minimal dalam empat hal, yaitu :
a. menguasai konsep-konsep IPA,
b. terampil menggunakan ketrampilan berfikir dan motorik,
c. memiliki sikap-sikap positif sebagaimana yang dimiliki oleh saintis, dan
d. mampu menerapkan konsep IPA dan keterampilan berfikir dalam memecahkan masalah sehari-hari.
Fisika merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan fakta, proses, teori, konsep serta generalisasi. Fisika mencakup ilmu-ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam semesta yaitu mempelajari makhluk hidup dan berbagai proses kehidupan. Fisika tidak sekedar sebagai ilmu hafalan, melainkan suatu ilmu yang memungkinkan kepada siswa untuk mampu mengkaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya untuk menyatakan hubungan bermakna. Dalam belajar bermakna informasi baru dikaitkan dengan informasi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.
2. Hakikat Fisika dan Pembelajarannya
Fisika mengandung kumpulan fakta, konsep, proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata. Pembelajaran fisika diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena fisika.
Pembelajaran fisika bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yanga dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan. Siswa tidak sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep fisika melainkan dapat memahami konsep tersebut dan membuat hubungan antara konsep yang satu dengan yang lain. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa hendaknya dilatih untuk menyatukan konsep-konsep, siswa dapat melihat bahwa konsep tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan bermakna.
3. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Aliran behavioristik memandang bahwa belajar merupakan suatu pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan kecenderungan untuk bertindak atau berhubungan antara stimulus dan respon (Sanjaya 2008). Belajar adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungna agar terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa. Sedangkan belajar menurut aliran kognitif didasarkan pada teori belajar bermakna dengan mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif siswa. Prinsip utama dalam belajar menurut aliran kognitif yaitu belajar melalui pengalaman sendiri yang dilakukan oleh siswa.
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman 2001). Dalam kegiatan belajar mengajar kedua aktivitas itu harus saling menunjang agar diperoleh hasil yang maksimal. Menurut Diedrich dalam Sardiman (2007) terdapat beberapa macam kegiatan siswa di sekolah antara lain:
a. oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi;
b. listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato;
c. drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram; dan
d. mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar (Anni 2005). Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan aspek afektif. Bloom dalam Arikunto (2002) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu 1) ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual; 2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap; 3) ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan pelajaran.
Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian (Poedjiadi 2005). Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah baik. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk membelajarkan siswa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berkualitas dan berhasil apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi serta sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa 2004).
Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak lepas dari peran guru yang cakap dan menguasai berbagai kompetensi profesional guru. Keterampilan operasional guru dalam mengajar meliputi membuaka pelajaran, mendorong dan melibatkan siswa, mengajukan pertanyaan, menggunakan isyarat non verbal, menanggapi siswa, menggunakan waktu, dan mengakhiri pelajaran (Sardiman 2007). Seorang guru setidak-tidaknya memiliki keterampilan dalam mengajar yang meliputi keterampilan membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, mengelola kelas, memberi variasi pembelajaran, bertanya dan memberi penguatan.
Salah satu keberhasilan guru dalam melakukan proses pembelajaran dapat dilihat dari sikap siswa yang cenderung menjadi lebih positif sesudah mengikuti pembelajaran. Hal ini tergantung pada kesiapan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran (Haryati 2007). Selain itu kesiapan guru dan siswa, kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran serta hasil belajar akan mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran.
4. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran fisika menyangkut proses belajar yang berkaitan berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Suatu proses pembelajaran yang selalu berhubungan dengan aktivitas kehidupan nyata. Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sardiman 2007).
Pembelajaran kontekstual menekankan pada:
a. proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung,
b. mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa akan lebih mudah mengingat materi yang telah diperolehnya,
c. mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.
Karakteristik pembelajaran kontekstual menurut Sanjaya (2008), di antaranya:
a. dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge),
b. pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge),
c. pemahaman pengetahuan (understanding knowledge),
d. mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), dan
e. melakukan refleksi (reflecting knowledge)
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modelling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian subjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual.
a. Orientasi
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap orientasi adalah
1. Menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2. Menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan.
3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
b. Observasi
Tahap observasi dilakukan oleh siswa dengan mengamati atau melakukan observasi di luar kelas sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini siswa mengalami dan menemukan secara langsung objek fisika secara nyata. Siswa memperoleh pengalaman baru dari lapangan tempat mereka melakukan pengamatan.
c. Diskusi
Hasil penemuan siswa di lapangan kemudian didiskusikan dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari hasil pengamatan dan observasi mereka di lapangan. Tahapan diskusi memberi kemungkinan kepada siswa untuk belajar secara bersama-sama dalam memecahkan suatu masalah.
d. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disjikan sesuai dengan indikator hail belajar yang harus dicapai.
e. Aplikasi
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran. Teknik yang digunakan yaitu pemberian tes dan tugas yang relevan dengan materi yang telah dipelajari.

Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional (Sanjaya 2008)
No.
Aspek
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran konvensional
1.
Siswa
Subjek belajar
Objek belajar
2.
Proses pembelajaran
Kelompok
Individu
3.
Sifat pembelajaran
Nyata/riil
Teoritis dan abstrak
4.
Kemampuan
Pengalaman
Latihan-latihan
5.
Tujuan akhir
Kepuasan diri
Nilai/angka
6.
Tindakan
Kesadaran diri
Faktor luar
7.
Perkembangan pengetahuan
Selalu berkembang
Absolut/final
8.
Penanggung jawab proses pembelajaran
Siswa
Guru
9.
Tempat pembelajaran
Di mana saja
Kelas
10.
Pengukuran keberhasilan
Berbagai cara (evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara)
Tes

5. Strategi Belajar Peta Konsep
Peta konsep merupakan salah satu bagian dari strategi organisasi. Strategi organisasi bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut (Holil 2008).
Martin dalam Trianto (2007) menyatakan pemetaan konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Dahar (1989) dalam Trianto (2007) menyatakan peta konsep memiliki ciri-ciri:
a. peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proporsi-proporsi suatu bidang studi,
b. suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi,
c. tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, dan
d. bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Peta konsep mempunyai ciri khas:
a. terdiri atas label-label konsep yang berupa simbol atau kata,
b. mempunyai kata perangkai (linking word), dan
c. mempunyai hirarki.
Konsep adalah istilah keseharian untuk suatu peristiwa misalnya fotosintesis atau untuk suatu benda (obyek) seperti daun. Konsep yang satu membentuk hubungan dengan konsep yang lain sehingga menjadi suatu pengetahuan. Label konsep bersama kata perangkai akan membentuk suatu proporsi yang kemudian disimpan di dalam struktur kognitif yang dapat diperoleh melalui belajar. Belajar bermakna berhubungan dengan struktur kognitif, sedangkan belajar secara hafalan tidak mempunyai hubungan dengan struktur kognitif. Label konsep dan proporsi sebenarnya juga dapat diingat dengan cara menghafal, tetapi cara ini tidak berkaitan dengan struktur kognitif. Hirarki dalam peta konsep dimulai dari yang paling umum atau yang paling penting ke yang paling spesifik atau paling kurang penting. Hirarki tersebut merupakan suatu gambaran struktur kognitif dalam pikiran seseorang.
Langkah-langkah menyusun peta konsep menurut Arends (1997) dalam Trianto (2007) sebagai berikut:
a. mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep,
b. mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep skunder yang menunjang ide utama,
c. menempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak ide tersebut, dan
d. mengelompokkan ide-ide skunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Nur (2000) dalam Trianto (2007) menyatakan peta konsep ada empat macam yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
a). Pohon jaringan
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, topik dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu ditulis. Membuat daftar dan memulai dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Mencabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan memberikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hubungan sebab akibat, suatu hirarki, prosedur yang bercabang dan istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
b). Rantai kejadian
Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.
c). Peta konsep siklus
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
d). Peta konsep laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Pembuatan peta konsep laba-laba dapat dimulai dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama.
Jenis peta konsep pohon jaringan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan sesuai dengan materi penelitian yaitu Energi dan Usahabanyak memuat konsep-konsep yang berupa suatu hirarki dan istilah-istilah yang saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan peta konsep pohon jaringan yang cocok digunakan untuk memvisualisasikan suatu hirarki dan istilah-istilah yang saling berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.


6. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas (Aqib 2008). Penelitian tindakan kelas dapat dalam bidang pengembangan organisasi, manajemen, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan di dalam kelas pada saat berlangsungnya proses pembelajaran untuk pokok bahasan tertentu pada suatu mata pelajaran.
Ditinjau dari karakteristiknya, menurut Aqib (2008) PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain:
a. didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional,
b. adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya,
c. peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi,
d. bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional, dan
e. dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Objek dari penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas. Objek tersebut adalah sebagai berikut.
a. Siswa, dapat diamati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium.
b. Guru, dapat diamati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas atau sedang membimbing siswa.
c. Materi pelajaran, dapat diamati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
d. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat diamati ketika guru sedang mengajar.
e. Hasil pembelajaran.
f. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkupi siswa di rumah.
g. Pengelolaan, yang berupa gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.
PTK dilakukan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaa, tindakan, observasi dan refleksi. Taggart dalam Aqib (2008) menyatakan prosedur pelaksanaan PTK mencakup:
a. penetapan fokus masalah penelitian,
b. perencanaan tindakan,
c. pelaksanaan tindakan,
d. pengamatan interpretasi, dan
e. refleksi.
PTK bertujuan untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran, memperbaiki dan meningkatkan kinerja, melaksanakan program pelatihan dan jabatan guru, memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran, meningkatkan interaksi pembelajaran dan perbaikan suasana keseluruhan stakeholders pendidikan. Manfaat PTK yaitu membantu guru mengembangkan ilmu pengetahuan, menerapkan teori-teori pembelajaran bermakna,
guru dapat melakukan inovasi pembelajaran, guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran, guru terlatih mengembangkan kurikulum dan tercapai peningkatkan profesionalisme guru (Trimo 2007).
7. Materi Energi dan Usaha
Energy adalah kemampuan melakukan usaha atau kerja. Suatu benda dikatakan telah melakukan usaha jika benda itu memiliki enegi untuk melakukan gerak atau berpindah tempat. Jadi, energy yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan kerja.
Satuan energi menurut Satuan Internasional (SI) adalah joule, satuan energi yang lain: erg, kalori, dan kWh. Satuan kWh biasa digunakan untuk menyatakan energi listrik, dan kalori biasanya untuk energi kimia.
Konversi satuan energi:
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = 0,24 kalori
1 joule = 1 watt sekon
1 kWh = 3.600.000 joule















PETA KONSEP













































































































B. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Tindakan
1. Kerangka Berpikir
Berikut ini skema kerangka berpikir yang digunakan dalam penerapan pendekatan kontekstual dan strategi belajar peta konsep
Gambar 1. Kerangka berpikir













2. Hipotesis
Hipotesis dari rencana penelitian yang akan dilakukan adalah melalui penerapan pendekatan kontekstual dan peta konsep keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa materi Energi dan Usaha kelas VIII SMP Ma’arif Kalibawang meningkat.

7. METODE PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII-A SMP Ma’arif Kalibawang Wonosobo tahun pelajaran 2010/2011 semester gasal materi Energi dan Usaha.
B. Faktor yang Diteliti
1. Siswa, meliputi keaktifan dan hasil belajar siswa
2. Guru, meliputi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan dilakukan sebanyak 3 siklus masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
a. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan dilakukan untuk persiapan mengajar yaitu penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah disusun.
c. Pengamatan (Observing)
Tahap pengamatan yaitu melakukan pengamatan terhadap keseluruhan kegiatan pembelajaran baik yang dilakukan oleh siswa maupun guru.
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus. Refleksi merupakan kegiatan mengoreksi secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, guru dan proses pembelajaran yang telah berlangsung. Dari refleksi ini dapat diketahui bagian mana yang harus diperbaiki dan bagian mana yang harus dipertahankan atau ditingkatkan. Hasil refleksi pada siklus I akan digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki siklus berikutnya dan seterusnya.
Rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Rancangan penelitian























D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru mata pelajaran fisika kelas VIII dan beberapa siswa kelas VIII SMP Ma’arif Kalibawang tahun pelajaran 2010/2011 tentang kegiatan belajar mengajar yang berlangsung selama ini serta hasil yang diperoleh siswa.
b. Menyusun instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi tes tertulis, LKS, lembar observasi, angket, dan perangkat pembelajaran. Langkah-langkah penyusunan instrumennya adalah sebagai berikut:
1) merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan rambu-rambu dalam silabus kurikulum IPA SMP 2006,
2) menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
3) menyusun instrumen LKS sesuai dengan materi yang akan disampaikan,
4) membuat lembar observasi untuk menilai kinerja guru dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran,
5) membuat angket untuk mengetahui pendapat siswa dan guru tentang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan strategi belajar peta konsep yang telah dilakukan,
6) menyusun soal berdasarkan tujuan khusus yang telah dirumuskan dan kisi-kisi soal sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan dilengkapi dengan kunci jawaban,
7) menganalisis instrumen tes tertulis.
a). Uji validitas item soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah item soal dikatakan valid jika mampu mengukur data dari variabel secara tepat. Sebuah item soal memiliki validitas tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan sebagai korelasi. Untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto 2002) yaitu sebagai berikut.
rxy =
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
X = skor tiap item
Y = skor total
N = jumlah sampel

Setelah diperoleh harga rxy, selanjutnya dikonsultasikan dengan harga korelasi product moment (rtabel) dengan taraf signifikan 5%. Jika rxy > rtabel, maka item soal yang diuji tersebut dinyatakan valid dan tidak valid jika berlaku sebaliknya.
b). Reliabilitas
Suatu soal dikatakan reliabel jika soal tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Hal ini berarti jika soal tersebut digunakan pada subjek yang sama dalam waktu yang berlainan, maka soal tersebut dapat memberikan hasil yang sama juga. Untuk menentukan reliabilitas suatu soal digunakan rumus K-R. 20 (Arikunto 2002) sebagai berikut.
r11 =
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya item soal
= varian total
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Nilai r11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan pada rtabel dengan taraf signifikan 5 %. Apabila hasil perhitungan r11 > rtabel maka tes tersebut dinyatakan reliabel.
c). Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran yaitu persentase jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar (Arikunto 2002). Besarnya indeks kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
P =
Keterangan:
P = indeks kesukaran soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut.
i. Soal dengan p 0,00 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar
ii. Soal dengan p 0,31 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang
iii. Soal dengan p 0,71sampai dengan 1,00 adalah soal mudah
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang direncanakan dilakukan dalam 3 siklus. Tiap siklusnya terdiri dari 4 tahap.
Tabel 2. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Siklus
Perte-muan
Indikator
Tujuan Pembelajaran Khusus
(Pada produk)
Materi
Tempat
1
1 dan 2
1. Mendeskripsi-kan pengertian energy dan bentuk-bentuk energi
2. Mengaplikasikan konsep energy dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari dan membuat peta konsep
1. Siswa mampu mendefinisikan pengertian energy
2. Siswa mampu menyebutkan bentuk-bentuk energi
3. Siswa mampu memberikan contoh perubahan energi
4. Siswa mampu membuat peta konsep tentang bentuk-bnetuk energy dan perubahannya.
Energy
Di dalam kelas, lingku-ngan sekitar siswa
2
3 dan 4
1. Mengenalkan hukum kekekalan energy melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari
2. Membedakan konsep energy potensial dan energy kinetic pada benda yang bergerak
3. Menyimpulkan materi dengan membuat peta konsep
1. Siswa mampu mendefinisikan hukum kekekalan energy
2. Siswa mampu menyebutkan contoh hukum kekekalan energy dalam kehidupan sehari-hari
3. Siswa mampu membedakan konsep energy potensial dan energy kinetic pada benda yang bergerak
4. Siswa mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan energy potensial dan energy kinetik
5. Siswa mampu menyimpulkan materi dengan membuat peta konsep
Selek-si alam
Di dalam kelas, lingku-ngan sekolah
3
5 dan 6
1. Menjelaskan kaitan antara energy dan usaha
2. Menunjukkan penerapan daya dalamkehidupan sehari-hari

1. Siswa mampu mendefinisikan pengertian usaha
2. Siswa mampu menjelaskan kaitan antara energy dan usaha
3. Siswa mampu mencari dan menjelaskan hubungan antara usaha,gaya dan perpindahan
4. Siswa mampu mendefinisikan pengertian daya
5. Siswa mampu menunjukkan penerapan daya dalam kehidupan sehari-hari
6. Siswa mampu menjelaskan kaitan antara energy, usaha dan daya dengan membuat peta konsep
Per-kem-bang-biakan
Di dalam kelas, lingku-ngan sekitar siswa

E. Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari:
a. siswa, meliputi hasil belajar dan keaktifan siswa
b. guru, meliputi hasil observasi kinerja guru
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa, pembuatan peta konsep siswa, keaktifan siswa, kinerja guru, tanggapan siswa dan guru tentang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan strategi belajar peta konsep.
3. Cara Pengambilan Data
a. Keaktifan siswa, diambil dengan lembar observasi keaktifan siswa
b. Hasil belajar siswa, diambil dengan tes tertulis dan pembuatan pata konsep
c. Kinerja guru, diambil dengan lembar observasi kinerja guru
d. Tanggapan siswa dan guru, diambil dengan angket
F. Metode Analisis Data
Analisis data terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut.
1. Analisis data hasil belajar
a. Menghitung peningkatan ketuntasan belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 60 dan ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 60 ini jumlahnya sekitar 85% dari jumlah seluruh siswa dan masing-masing dihitung dengan menggunakan rumus.
Ketuntasan individual = x 100 %
Ketuntasan klasikal = x 100 %
Penilaian kualitas hasil belajar dilakukan dengan mengkonfirmasikan persentase kelulusan klasikal dengan parameter sebagai berikut:
85% - 100% = sangat baik
70% - 84% = baik
60% - 69% = cukup
50% - 59% = kurang
0% - 50% = rendah
b. Menghitung nilai pembuatan peta konsep dengan cara:
1. memberikan skor pada masing-masing aspek sesuai dengan rubrik
2. menjumlahkan skor dari skor masing-masing aspek
3. menghitung persentase dengan rumus:
Persentase = x 100%
4. penilaian pembuatan peta konsep dilakukan dengan mengkonfirmasikan persentase penilaian dengan kriteria sebagia berikut:
85% - 100% = sangat baik
70% - <85% = baik
60% - <70% = cukup
50% - <60% = kurang
<50% = rendah
2. Analisis data keaktifan siswa
a. Menghitung jumlah variabel keaktifan masing-masing siswa
b. Menentukan kategori keaktifan siswa dengan parameter
Tinggi (T) = jika memenuhi ≥3 macam variabel keaktifan
Sedang (S) = jika memenuhi 2 macam variabel keaktifan
Rendah (R) = jika memenuhi 0-1 macam variabel keaktifan
3. Analisis lembar observasi kinerja guru
a. Memberikan skor pada masing-masing aspek
b. Menjumlahkan skor dari skor masing-masing aspek
c. Menghitung persentase dengan rumus:
Persentase = x 100%
d. Penilaian kinerja guru dilakukan dengan mengkonfirmasikan persentase penilaian dengan kriteria sebagia berikut:
85% - 100% = sangat baik
70% - <85% = baik
60% - <70% = cukup
50% - <60% = kurang
<50% = rendah


4. Analisis angket tanggapan siswa dan guru
a. Menghitung jumlah variabel tanggapan siswa dan guru
b. Menentukan kategori tanggapan siswa dan guru dengan parameter
9 – 12 = Sangat Tanggap (ST)
5 – 8 = Tanggap (T)
0 – 4 = Kurang Tanggap (KT)
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasian dari penelitian ini adalah
1. Siswa mencapai keaktifan sebesar >60%.
2. Siswa mencapai hasil belajar >60 sebanyak 85% jumlah siswa.
3. Siswa mencapai nilai peta konsep ≥60%.

8. DAFTAR PUSTAKA
Anni, CT. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Anonim. 2008. Pembuktian Hasil Belajar Siswa Dalam Penggunaan Pendekatan Konstektual Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta. On line at http://desiprihatini-unindra6.blogspot.com/2008/03/pembuktian-hasil belajar.html [accessed 10 Januari 2009].

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ganawati D, Sudarmana & W Radyuni. 2008. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam: Terpadu dan Kontekstual IX untuk SMP/MTs. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Haryati, Mimin. 2007. Sistem Penilaian. Jakarta: Gaung Persada Press.

Holil, Anwar. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran. Jakarta. On line at http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/peta-konsep-untuk-mempermudah-konsep.html [accessed 10 Januari 2009].

Imdad, Khoirul. 2000. Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran fisika di SMU Negeri 1 Semarang. Jurnal Fisika dan Pengajarannya 5 (2): 102-111.

Indrawati, 2008. Penilaian Berbasis Kelas. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam Depdiknas.

Kuswanti N, Rahardjo, Wasis & R Pratiwi P. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajarn Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajarn Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Priyono B, W Indriharti & Suprihartiono. 2007. Meningkatkan pemahaman siswa SMA Negeri 5 Semarang menggunakan peta konsep berorientasi JAS pada materi fisika dan organisasi kehidupan. Jurnal Penelitian Pendidikan 24 (1): 1-13.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Setiawan, Igan. 2008. Penerapan pengajaran kontekstual berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2 (1): 42-59.

Sudarman. 2007. Pola peningkatan kualitas pembelajaran lingkungan hidup siswa kelas XI IA SMA Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan pencemaran lingkungan melalui pendekatan kontekstual berwawasan SETS. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan 36 (1): 53-60.

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Trimo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. On line at http://re-searchengines.com/1207trimo1.html [accessed 14 Maret 2009].

Wariyono S & Y Muharomah. 2008. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar 3: Panduan Belajar IPA Terpadu untuk Kelas IX SMP/MTs. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Yusuf Y, M Natalina, E Suryawati, S Wulandari, N Asiah & K Sari. 2006. Upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika melalui penggunaan peta konsep pada siswa kelas II4 SMP Negeri 2 Pekanbaru tahun ajaran 2004/2005. Jurnal Biogenesis 2 (2): 59-63.

Zubaidah, Siti. 2002. Beberapa alternatif pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman terhadap istilah atau konsep fisika. Jurnal Pendidikan & Pembelajaran 9 (1): 14-24.
SILABUS


RE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar