Entri Populer

Selasa, 22 Mei 2012

AVAIL Bio Sanitary Pad – Pembalut Kapas Herbal

AVAIL Bio Sanitary Pad – Pembalut Kapas Herbal


AVAIL Bio Sanitary Pad merupakan pilihan terbaik untuk pembalut wanita. AVAIL dibuat dari kapas yang mengandung herbal dan antiseptic alami, bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya, serta dapat mengatasi berbagai masalah kewanitaan,
seperti:
- Nyeri haid (senggugut), sakit otot dan sendi
- Keputihan dan kekuningan serta bau tidak sedap
- Penyakit kulit, gatal-gatal dan alergi
- Haid tidak teratur dan terhentinya haid karena penggunaan kontrasepsi (suntik, IUD, susuk)
- Infeksi vagina dan kandung kemih oleh jamur, bakteri dan virus
- Infertilitas (gangguan kesuburan)
Selain itu juga berfungsi untuk:
- Meningkatkan keharmonisan rumah tangga
- Mengeluarkan gumpalan darah dalam rahim (membersihkan rahim)
- Mencegahj penyakit-penyakit pada vagina dan rahim seperti: tumor, kanker, kista, myom, endometriosis dan lain-lainnya
- Mencegah infeksi pada anus, kolon dan usus bawah,serta dapat mengurangi nyeri pada ambeien/wasir
Jenis Pembalut AVAIL:
Pantyliner (hijau) : harian, saat tidak haid
Day Use (biru) : haid normal
Night Use (pink) : haid banyak, nifas
AVAIL BIO Sanitary pad dapat juga digunakan untuk:
- Alat kompres untuk mengatasi masuk angin atau demam pada anak-anak (di temple di perut/kening)
- Mempercepat pemulihan bengkak, bisul, gatal-gatal, jerawat dan penyakit kulit lainnya
- Mengurangi pegal, nyeri dan linu pada otot-otot tbyh karena keseleo, kelelahan dan lainnya
- Membalut luka untuk mempercepat penyembuhan karena mengandung antiseptik alami
- Melegakan saluran pernafasan karena flu, asma, alergi dan lainnya (dihirup melalui hidung)
- Menghilangkan bau dan lembab pada ketiak, sepatu dan helm.


* Penggunaan FC Bio Sanitary Pad
Pantilener (warna hijau)
Digunakan harian, saat tidak menstruasi. 1 paket berisi 10 bungkus. (1 bungkus = 20 lembar)

Day Use (warna biru)
Digunakan siang hari, ketika sedang menstruasi. 1 paket berisi 10 bungkus. (1 bungkus = 10 lembar)

Night Use (warna pink)
Digunakan malam hari ketika sedang menstruasi atau pasca melahirkan. 1 paket berisi 8 bungkus. (1 bungkus = 10 lembar)

Ketiga jenis di atas mempunyai fungsi yang sama, hanya ukurannya saja yang berbeda. Bagi wanita yang mempunyai penyakit dianjurkan setiap 3 jam sekali, harus mengganti dengan yang baru.

Salah satu indikasi wanita yang bermasalah dengan kehormatannya adalah “ saat memakai pembalut avail merasakan panas dan gatal-gatal “.

Jika anda merasakan seperti ini dianjurkan setiap 3 jam sekali harus diganti (4 lembar sehari). Jika selama 7 hari tidak berkurang, dianjurkan menghubungi dokter agar diperiksa lebih lanjut.

Minggu, 22 April 2012


PENGARUH JILBAB SEBAGAI BUSANA MUSLIMAH DALAM PERGAULAN

Jilbab Islam yang datang sebagai agama terakhir melihat bahwa ada orang-orang yang menyimpan penyakit di hati mereka, memandang jelek dan rendah kepada wanita. Mereka memperturutkan hawa nafsu mereka, melalui mata dan angan-angan di dalam hati. Karena hal itu bertentangan dengan agama, maka Al-Qur’an menetapkan batas baginya dan mengharamkan apa saja yang bertentangan dengan agama, etika dan kemanusiaan.
Islam kemudian memerintahkan wanita-wanita muslim untuk memakai jilbab sebagai busana muslimah yang membedakan orang-orang muslim dengan non-muslim. Meskipun sebenarnya jilbab sudah ada sebelum Islam datang, Islam memberikan ketetapan yang begitu jelas dalam Al-Qur’an sebagai panduan bagi seluruh kaum muslimah dalam berbusana. Namun, dalam kenyataan sekarang ini banyak sekali jenis pakaian muslimah – dalam hal ini jilbab – yang tidak sesuai dengan apa yang digambarkan dalam Al-Qur’an. Karenanya, dalam makalah ini penulis akan memaparkan beberapa syarat dan kriteria jibab menurut Islam.
Berbusana muslimah selain menjadi sarana untuk menjaga pandangan dari nafsu syahwat, juga memberikan pengaruh dalam persepsi sosial dan tingkah laku seseorang untuk tetap berusaha berada dalam aturan Islam.
B. Permasalahan
Dari uraian di atas, menjadi tugas penulis untuk membahas pokok-pokok masalah sebagai berikut :
1. Apakah jilbab itu dan apa saja syarat jilbab menurut syariat Islam ?
2. Bagaimana fungsi jilbab sebagai busana muslimah dalam kehidupan bermasyarakat?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian jilbab dan kriteria jilbab menurut syariat Islam
2. Fungsi jilbab sebagai busana muslimah dalam kehidupan bermasyarakat
BAB II
JILBAB : TINJAUAN RELIGIUS DAN PSIKOLOGI SOSIAL
A. Jilbab dan Kriterianya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilbab berarti sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.[1]
Dalam beberapa ayat Al-Qur’an tentang jilbab – atau dalam bahasa Al-Qur’an disebut hijab – selalu dihubungkan dengan larangan menampakkan perhiasan. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. An-Nur (24 : 31) yang berbunyi :
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَائِهِنَّ أَوْ ءَابَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ …
Artinya :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, … ” [2]
Yang dimaksud dengan kata kerudung dalam kalimat “dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya” ialah kain yang menutupi kepala, leher dan dada. Sedangkan kata al-jayb menunjukkan makna dada terbuka yang tidak ditutup dengan pakaian, atau bahkan yang lebih luas dari itu, yakni dada, perhiasan, pakaian, dan make up. [3]
Sedangkan kata perhiasan dimaknai dengan keinginan dan kesenangan wanita untuk dapat mempercantik dan melengkapi dirinya dengan cara apapun, yang nantinya akan ia tampakkan kepada kaum lelaki. [4] Hal ini merupakan fitrah yang tidak mungkin dilarang, karena manusia sangat senang terhadap fitrah dan kesenangannya. Islam datang tidak untuk melarang perhiasan ini, melainkan menertibkan dan menetapkan bentuk-bentuk yang wajar yang tidak mengundang nafsu birahi dan bentuk-bentuk yang dapat menghindarkannya dari kejahatan dan kekejian.
Ayat ini merincikan kebaikan yang diinginkan Allah untuk kita, dan menjaga masyarakat dari kehinaan dan kebobrokan. Ayat tersebut menginginkan keselamatan bagi kehidupan manusia dari kobaran nafsu seksual yang tidak sah, agar dapat menjaga diri dari noda dan dosa.
Adapun beberapa kriteria jilbab dan pakaian muslimah adalah [5] :
1. Menutup aurat. Sebagai tujuan utama jilbab yaitu menutup aurat. Ada pengecualian terhadap wajah dan telapak tangan. Jilbab seharusnya menjadi penghalang yang menutupi pandangan dari kulit.
2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan. Tujuan kedua dari perintah menggunakan jilbab adalah untuk menutupi perhiasan wanita. Dengan demikian tidaklah masuk akal jika jilbab itu sendiri menjadi perhiasan.
3. Kainnya harus tebal. Sebab, yang menutup itu tidak akan terwujud kecuali dengan kain yang tebal. Jika kainnya tipis, maka hanya akan semakin memancing fitnah dan godaan, yang berarti menampakkan perhiasan. Karena itu ulama mengatakan:
“Diwajibkan menutup aurat dengan pakaian yang tidak mensifati warna kulit, berupa pakaian yang cukup tebal atau yang terbuat dari kulit. Menutupi aurat dengan pakaian yang masih dapat menampakkan warna kulit – umpamanya dengan pakaian yang tipis – adalah tidak dibolehkan karena hal itu tidak memenuhi kriteria ‘menutupi’ ”. [6]
1. Harus longgar, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya. Tujuan berpakaian adalah menghilangkan fitnah, dan hal itu tidak akan terwujud kecuali pakaian yang digunakan wanita itu longgar dan luas. Jika pakaian itu ketat, maka tetap dapat menggambarkan bentuk atau lekuk tubuhnya, atau sebagian dari tubuhnya dari pandangan mata. Kalau begitu keadaannya, maka sudah pasti akan mengundang kemaksiatan bagi kaum laki-laki.
2. Tidak diberi wewangian. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah Saw. yang artinya “Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina …”[7]
Dari kelima kriteria dan syarat jilbab menurut aturan Islam, maka kita dapat mengambil gambaran yang jelas tentang bagaimana jilbab sebenarnya.
B. Pengaruh Jilbab Sebagai Busana Muslimah dalam Pergaulan
Perintah memakai busana muslimah, juga terdapat dalam QS. Al-Ahzab : 59 yang berbunyi :
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya :
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. [8]
Dalam ayat ini, perintah berbusana muslimah akan memberikan beberapa hikmah, yaitu “supaya lebih mudah dikenal, sehingga tidak diganggu”. Busana muslimah, secara langsung ataupun tidak akan memberikan pengaruh pada pembentukan konsep diri. Baik bagi yang memakai, maupun bagi yang memandang.
Anita Taylor menyatakan bahwa “konsep diri adalah semua yang anda pikirkan dan anda rasakan tentang diri anda, seluruh kompleks kepercayaan dan sikap tentang anda yang anda pegang teguh”.[9] Konsep diri menentukan perilaku anda. Sebagai contoh, seorang yang memandang dirinya sebagai seorang yang selalu gagal. Seringkali jika upayanya hampir berhasil, ia dipukul oleh kegagalan yang tidak terduga. Begitu juga akhirnya, bila anda merasa anda bukan orang baik, segala perilaku anda disesuaikan dengan orang tersebut. Anda akan bergaul dengan orang jahat, berbicara kasar, dan melakukan tindakan kejahatan.
Dalam psikologi sosial, jilbab sebagai busana muslimah mempunyai tiga fungsi utama,[10] yaitu :
1. Diferensiasi.
Dengan busana muslimah seseorang membedakan dirinya, kelompoknya atau golongannya dari orang lain. Busana memberikan identitas yang memperteguh konsep diri. Kelompok anak muda yang ingin menegaskan identitasnya, berusaha menunjukkan pakaian yang aneh-aneh. Dengan perilaku aneh, ia membedakan dirinya dengan orang tua. Busana muslimah memberikan identitas keislaman, yang membedakan dirinya dari kelompok wanita yang lain.
Dalam dunia modern sekarang ini, banyak wanita yang mencari-cari identitas dengan menampilkan pakaian-pakaian yang sedang in atau menjadi mode zaman. Seorang wanita yang tiba-tiba naik pada posisi tinggi mengalami krisis identitas. Untuk memperteguh identitas dirinya, ia akan mencari busana yang melambangkan status barunya.
2.Perilaku.
Busana muslimah bagi seorang muslimah, memberikan citra diri yang stabil. Ia ingin menunjukkan bahwa “Saya adalah muslimah” melalui jilbabnya. Dengan itu, tertanam dalam dirinya untuk menolak segala macam sistem jahiliyah dan ingin hidup dalam sistem islami. Karena itu, selembar kain kerudung yang menutup rambut dan lehernya menjadi simbol keterlibatan pada Islam.
Dari sini, busana muslimah mendorong pemakainya berperilaku sesuai dengan citra muslimah. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan memakai pakaian seragam kelompok tertentu, seorang menunjukkan – melalui pakaian seragamnya itu – bahwa ia telah melepaskan haknya untuk bertindak bebas dan dalam batas-batas kaidah-kaidah kelompoknya. ABRI yang berpakaian seragam akan merasakan perilakunya berbeda ketika ia berpakaian preman. Santri yang menanggalkan sarung dan peci serta menggantikannya dengan celana “blue-jeans” dan “t-Shirt” akan merasakan perubahan perilakunya.
3.Emosi.
Pakaian mencerminkan emosi pemakainya, sekaligus mempengaruhi perilaku orang lain. Busana muslimah yang diungkapkan secara massal akan mendorong emosi keagamaan yang konstruktif. Emosi dan perilaku sebenarnya kembali kepada fungsi pertama dari pakaian, yakni diferensiasi.
Bila kita berjumpa dengan orang lain, kita akan mengkategorikan orang itu dalam satu kategori yang terdapat di dalam memori kita. Kita akan segera mengelompokkan orang ke dalam kategori mahasiswa, cendekiawan, penjahat, dan lain-lain. Kita menetapkan kategori itu berdasarkan gambaran yang tampak, petunjuk wajah, petunjuk bahasa dan petunjuk artifaktual. Dalam waktu yang singkat, kita akan umumnya menggunakan petunjuk artifaktual, dalam hal ini busana. Karena busana terlihat sebelum terdengar.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gibbins pada gadis-gadis sekolah menengah menunjukkan bahwa manusia memang betul-betul menilai orang lain atas dasar busananya dan makna yang disampaikan busana tertentu cenderung disepakati.[11]
Wanita yang menggunakan busana muslimah akan selalu dipersepsi dalam kategori muslimah. Boleh jadi, berbagai gambaran tentang kriteria seorang muslimah dikaitkan dengan kategori ini, misalnya wanita saleh, istri yang baik, tahu banyak tentang agama dan lain-lain. Apa pun konotasinya, inti persepsinya tidak mungkin lepas dari kategori muslimah. Dari persepsi itu, orang kemudian mengatur perilakunya terhadap pemakai busana muslimah. Orang tidak akan melakukan perbuatan tidak senonoh, kemungkinan hanya “gangguan” kecil seperti ucapan “Assalamu ‘Alaikum” untuk bercanda.
Inilah barangkali yang dimaksud oleh Allah dengan “sehingga mereka tidak diganggu” .
Busana muslimah mempunyai fungsi penegas identitas. Dengan busana itu, seorang muslimah mengidentifikasikan dirinya dengan ajaran Islam. Karena identifikasi ini, ia akan terdorong untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Busana muslimah akan menyebabkan orang lain mempersepsi pemakainya sebagai wanita muslimah dan akan memperlakukannya seperti dia.

Minggu, 09 Oktober 2011

amu bisa melihat di sini untuk kumpulan doa-doa islam sehari-hari agar anda bisa terhindar dari marah bahaya yang selalu mengintai kita sehingga kita terlindungi dari kejahatan setan yang terkutuk. Dan bukan doa sehari-hari saja yang kami berikan untuk anda tetapi juga memberikan tata cara shoat lengkap sesuai dengan al-hadits.

Untuk kumpulan doa islam sehari-hari ini memang sangat banyak sekali untuk bisa anda hafalkan agar selalu selamat dalam tujuan kita. Memang selama ini banyak sekali orang yang kurang tau untuk bisa membaca do’a-do’a islam selama ini sehingga banyak juga yang tergelincir dari jalan yang benar. Untuk itulah kami memberikan postingan tentang kumpulan doa-doa sehari-hari untuk anda yang kurang mengerti tentang do’a sehari-hari tersebut.

Anda bisa melihat do bawah ini untuk kumpulan do’a islama sehari-hari :

1. Do’a sebelum makan:
اللهم بارك لنا فيما رزقتنا وقنا عذاب النار
Ya Allah berilah berkah kepada kami dari apa yang engkau beri rezeki pada kami dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Do’a sesudah makan:
الحمد لله الذي أطعمنا وسقانا وجعلنا من المسلمين
Segala Puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum kepada kami dan menjadikan kami muslim.

Do’a Iftar (buka Puasa):
اللهم لك صمت وبك آمنت وعلى رزقك أفطرت برحمتك يا ارحم الرحمين
Ya Allah untuk-Mu lah aku berpuasa dan kepada-Mu lah aku beriman dan atas rizki-Mu-lah aku berbuka, dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

2. Do’a masuk Masjid:
اللهم افتح لى أبواب رحمتك
Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.

Do’a keluar Masjid:
اللهم اني اسألك فضلك
Ya Allah sesungguhnya aku minta kepada-Mu dengan keutamaan-Mu.

3. Do’a masuk WC:
اللهم اني أعوذ بك من الخبث والخبائث
Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari Godaan Syaiton laki-laki dan Perempuan. (HR.Bukhari)

Do’a keluar dari WC:
غفرانك الحمد لله الذي اذهب عني الأذى وعافانى
Aku minta ampun kepada-Mu, segala puji bagi Allah yang telah menghindarkan daku dari penyakit dan menyehatkanku.

4. Do’a sebelum tidur:
باسمك اللهم أحيا وبأموت
Dengan namamu, aku hidup dan aku mati.

Do’a ketika bangun tidur:
الحمد الله الذي أحيانا بعدما أماتنا واليه النشور
Segala puji bagi Allah yang telah membangunkan kami setelah kami ditidurkan, dan kepadaNyalah kami akan di bangkitkan.

5. Do’a ketika keluar dari rumah:
بسم الله توكلت على الله ولاحول ولا قوة الا بالله
Dengan nama Allah (aku keluar) aku bertawakkal kepadaNya, tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah.

Do’a ketika masuk rumah:
بسم الله ولجنا وبسم الله خرجنا وعلي الله توكلنا
Dengan nama Allah kami masuk (kerumah) dengan nama Allah kami keluar (darinya) dan kepada Tuhan kami bertawakkal.

6. Do’a ketika mendengarkan Adzan:
Seseorang untuk mendengarkan adzan hendaklah membaca sebagaimana yang di kumandangkan oleh muadzin, kecuali bacaan :حي علي الصلاة (hayya ‘alassholaah) dan حي علي الفلاح (hayya ‘alalfalaah) maka padanya bacalah :لاحول ولاقوة الابالله (laa haula walaa quwwata illa billah)

Membaca shalawat kepada Nabi saw sesudah adzan :

اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت سيدنا محمدا الوسيلة والفضيلة وابعثه مقاما محمودا الذي وعدته(انك لا تخلف الميعاد)

Ya Allah, Tuhan panggilan yang sempurna (azan) dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah Al-Wasilah (derajat di surga,yang tidak akan diberikan selain kepada Nabi SAW). Dan Fadhilah kepada Muhammad. Dan bangkitkan Beliau sehingga bisa menempati maqam terpuji yang telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.

7. Do’a sebelum wudhu:
بسم الله Dengan nama Allah (saya berwudhu).

Do’a setelah berwudhu:
اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسول الله
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut di sembah kecuali Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba & utusanNya .

اللهم اجعلني من التوابين واجعلنى من المتطهرين

Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah termasuk orang-orang (yang senang) bersuci.

8. Do’a ketika bersin:
Apabila seseorang diantara kamu bersin hendaklah membaca : الحمد لله (segala puji bagi Allah), lantas saudara atau temannya berkata : يرحمك الله (semoga Allah memberi berkah kepadamu), Bila saudara atau temannya berkata demikian bacalah :
يهديكم الله ويصلح بالكم (semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki hatimu).

9. Do’a Pelebur Dosa Majlis.
سبحناك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
“Maha Suci Engkau, Ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.

10. Do’a sebelum berhubungan suami istri
بسم الله اللهم جنبنا الشيطان و جنب الشيطان ما رزقتنا
Dengan nama Allah. Ya Allah! Jauhkan kami dari setan, dan jauhkan setan untuk mengganggu apa yang Engkau rezekikan kepada kami.

11. Do’a untuk dijauhkan dari bala dan marabahaya:
بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شئ في الأرض و لا في السماء وهو السميع العليم
“Dengan nama Allah yang segala sesuatu baik di langit maupun di bumi tidak akan memberi mudhorot (bahaya) apa-apa selama berlindung dengan menyebut nama-Nya

12. Do’a penawar dan penyejuk hati dari kesedihan, rasa malas, kebingungan, ketidak mampuan, bakhil dan keterlilitan hutang.
اللهم إني أعوذ بك من الهم و الحزن, و أعوذ بك من العجز و الكسل, وأعوذ بك من الجبن و البخل, وأعوذ بك من غلبة الدين و قهر الرجال
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan keduka-citaan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari beban hutang penindasan orang-orang.

Semoga aja postingan ini bermanfaat bagi anda semua yang ingin mendapatkan ridoh Allah untuk sehari-hari.
* Home

Wilpan Junior Experiences
Arti tersembunyi kalimat hauqolah…

February 10, 2010 · Filed under Kalbu

Pernahkah Anda mendengar kalimat hauqolah? Ehem. Sebenarnya banyak diantara kita yang telah mengenal kalimat ini, namun kurang mengetahui nama kalimat ini. Kalimat hauqolah adalah kalimat yang berbunyi, “Laa haula wala quwwata illa billah”. Yang biasanya diberi tambahan “hil ‘aliyyil adhim”, yang berarti kurang lebih, “Tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.”

Setelah mendengar penjelasan kalimat hauqolah dari suatu majelis, ternyata ada 2 kata yang sangat ditekankan dalam kalimat ini. Yakni kata “haula” dan kata “quwwat” yang memiliki makna hampir mirip, daya atau kekuatan.

Haula bisa berarti daya atau kekuatan yang sering kita keluarkan yang sifatnya terus menerus dan berulang. Bisa juga diartikan sebagai kekuatan yang menopang ketetapan alam semesta. Haula bersifat bisa diprediksi, bisa dipelajari, masuk akal dan bersiklus. Seperti matahari terbit jam sekian, musim hujan di Indonesia mulai pada bulan sekian hingga sekian, air keluar dari sumber air, sifat api itu panas lagi menghancurkan, dsb.

Quwwat bisa berarti potensi daya yang menjadi hak prerogatif Alloh yang diberikan pada waktu tertentu dan atas kebijaksanaan Alloh. Quwwat bersifat jarang muncul, tidak terus menerus, tidak masuk akal, sangat tidak bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan dan logika. Seperti mukjizat yang telah Alloh berikan kepada rosul dan nabi-Nya, api yang menjadi dingin dan menyelamatkan pada Nabi Ibrahim, laut yang terbelah oleh tongkat Nabi Musa atas izin Alloh, bulan yang terbelah terpisah oleh tangan Rosululloh Muhammad SAW, air yang keluar dari jari Rosululloh Muhammad SAW untuk digunakan berwudhu umatnya, dsb.

Lalu apa manfaat membaca kalimat hauqolah? Dalam kalimat tsb jelas, bahwa kita meminta kepada Alloh untuk selalu diberikan daya atau kekuatan dalam menjalani kehidupan yang sering kita anggap susah. Baik daya yang biasa kita miliki, maupun daya besar dan memungkinkan untuk kita keluarkan. Karena tidak ada yang tidak mungkin atas kehendak-Nya. Untuk itu diharapkan kepada para sahabat, bahwa hidup itu indah. Jangan pernah takut untuk melakukan hal yang benar. Jangan pernah putus harapan dan selalu optimislah.

Jangan pernah berburuk sangka terhadap Alloh, karena tidak dikabulkannya harapan kita. Karena bisa saja dengan tidak terkabulnya harapan, maka tidak terkabulkan pula apa yang menjadi kecemasan kita. Jangan pernah menganggap kebahagiaan adalah berupa harta dan uang melimpah, karena dengan melihat anak istri kita sehat sepulang kerja termasuk kebahagiaan yang besar.

Lalu bagaimana agar Alloh memberi kebijakanNya untuk mengeluarkan potensi quwwat dalam diri kita? Caranya hanya satu, yakni lebih mendekatkan diri kepada Alloh, tentunya dengan beribadah. Kita harus menjadi manusia yang dirasa penting oleh Alloh, karena orang yang mementingkan Alloh daripada apapun, maka Alloh akan mementingkan dirinya ketimbang apapun. Seperti Alloh yang mementingkan para nabi dan rosulNya lebih dari segalanya. Alloh tidak mau tahu, apapun yang terjadi, pokoknya para nabi dan rosul harus tetap hidup.

“Karena mereka telah mementingkan Aku, maka Aku akan mementingkan mereka dari apapun. Api yang bersifat panas dan menghancurkan Kubuat dingin dan menyelamatkan demi Ibrahim. Laut yang menjadi halangan dalam menyelamatkan diri dari Firaun Aku belahkan untuk Musa dan kaumnya. Bahkan Aku izinkan Muhammad untuk membelah dan memisahkan bulan dengan tangannya untuk membuktikan kebenaranKu kepada kaum kafir.”

Hidup itu masalah. Karena tidak ada orang hidup yang tidak memiliki masalah. Karena sudah difirmankan kepada kita bahwa Alloh telah bersumpah akan menguji manusia dengan kesusahan dan kebahagiaan. Namun, Alloh masih bermurah hati. Alloh bersedia untuk tidak mendatangkan masalah-masalah lain ketika kita sedang dalam satu masalah saja. Untuk itulah kita perlu berdoa dan memohon kepada Alloh agar senantiasa diberi waktu tunda antara masalah yang satu dengan yang lain, dan diberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah tsb. Dan perlu diingat bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan.

Kalimat hauqola memungkinkan kita agar dijauhkan dari apa-apa yang tidak kita senangi, untuk itu kalimat ini sering dibaca sebagai doa keluar rumah yang berbunyi, “Bismillaahi tawakkaltu ‘alallooh, laa haula wala quwwata illa billah hil ‘aliyyil adhim”. Yang kurang lebih mengandung arti, “Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.”

Semoga kita termasuk orang yang mementingkan Alloh dari apapun dan semoga kita termasuk orang-orang yang dekat dengan Alloh, amiin ya robbal alamin. Semoga bermanfaat, terimakasih.
Share this:

* Facebook
*
* Print
* Email
*

Like this:
Like
Be the first to like this post.
14 Responses so far »

1.
1
chokoreetoz said,

February 10, 2010 @ 22:23

amin amin amin..
mantab boss.. heheh. makin khusuk aja nih..
Reply
2.
2
Andyan said,

February 10, 2010 @ 23:17

Laut kok nyambung ke nabi Isa? Hayo, dicek lagi :mrgreen:

Nice artikel deh
Reply
3.
3
alya said,

February 11, 2010 @ 08:31

horay,,,

musa kah?
Reply
4.
4
ochin said,

February 11, 2010 @ 08:37

@andyan : hahaha.. trims koreksinya, udah tak ganti tuh, maklum ngepostnya pas malem2 :D
@neng alya : woke, udah dikoreksi
@ayam chokorila : amiin~
Reply
5.
5
kalalo terindah said,

February 11, 2010 @ 08:40

sipiriliii dehh setuja buangett
Reply
6.
6
amrieda said,

February 11, 2010 @ 11:02

amin,,, alhamdulillah,, salut saya, ternyata masih ingat & bener2 di Khayati ya saat mendengar ceramah agamanya…

SALUT TENAN EUY
Reply
7.
7
delufix said,

February 11, 2010 @ 16:40

i’m humming right now:
“nice article indeed”
Reply
8.
8
Mila_chan said,

February 11, 2010 @ 17:28

Assalamualaykum, bro..
Hey ochiin, nice article,
thanks for inviting me …

Wonderful words…
Reply
9.
9
ochin said,

February 12, 2010 @ 13:40

@all : trims.. :)
Reply
10.
10
reelian said,

February 12, 2010 @ 14:53

Nice article

mkci ya :)
Reply
11.
11
Anindya said,

February 19, 2010 @ 18:17

Amiin… mendadak merinding baca artikel ini..
Reply
12.
12
Endi said,

November 3, 2010 @ 06:53

Mantab
Reply
13.
13
Jusuf Wibisono said,

July 22, 2011 @ 10:16

kemarin anak saya kelas 2 it disuruh pak guru menuliskan kalimat haukolah, karena khawatir anaknya salah tulis istri telepon temannya yg menjadi orang tua murid di sekolah tersebut ternyata perintahnya sama. saya sempat mengumpat kok anak sd suruh nulis kalimat haukolah emangnya kita keluaran iain apa. ternyata setelah saya cari kata tesebut di internet kalimat tsb kalimat yg biasa sehari-hari diucapkan. maaf pak guru ya
Reply
*
14
ochin said,

July 22, 2011 @ 14:41

hehe, saya juga awalnya asing dengan kalimat hauqolah itu kalimat yang bagaimana.. eh, ternyata yang biasa dilafalkan, hanya saja blm tahu kalau namanya hauqolah. terimakasih atas kunjungannya pak
Reply


Comment RSS · TrackBack URI
Leave a Reply Cancel reply
Enter your comment here...

* Guest
* Log In
* Log In
* Log In

Gravatar
Email (required) (Not published)
Name (required)
Website
WordPress.com Logo

Please log in to WordPress.com to post a comment to your blog.
Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. (Log Out)
Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. (Log Out)

Connecting to %s

Notify me of follow-up comments via email.

Notify me of new posts via email.

*
Islamic Calender
*
Looking for


*

*
My Account
*
My Y!Messenger

*
Categories
*
Blogroll
o Aksara Jawa Official Site
o Anime Lyrics
o Anime Movie Online
o Byki – Language Learning
o Cartoonesia
o Comic Pokemon
o Compressed Movie
o Converter Hijriyah and BC
o Dakwah Kampus
o Depag
o Design by Humans
o Eramuslim
o Forum OprekPC
o Free Manual Download
o Global Deaf Muslim
o Harun Yahya Indonesia
o Info Resep
o Internet Slang Dictionary
o Kajian Islam
o Kamus Besar Bahasa Indonesia
o Mafahim Center
o Mualaf [dot] com
o Muslim Manga
o National Geographic
o Peace Life Formulas from Mr. Made
o Pokemon Paper Crafts
o Print What You Like
o Quosa Islamic Review
o Radio Alaikassalam Jakarta
o Solekha Good Review
o Style Islam
o The Train
o Tokyo Toshokan
o Triks Uniks about Technology
o Wahyu Kokkang – Clekit Jawapos
o Wikipedia
o WordPress.com
o WordPress.org
o Yamaha Paper Crafts
*
Para sahabat
Andyan | Iwed | Biebie | Taufik | Ansella | Pascal | Maigh | Kyoyengan | Sleeping | Novi~Atrix | Arm | Meilan | Seseorang | Pak Fauzan | TamaGo | Thepenks | Reina | Mbak Kumbang | Mas Aji | Richi | Shakoda | Atep | Ratih | Monic | Ucrit | Neorenggana | Arswendo | Faye | Om Matahari | Om Lukman

Blog at WordPress.com. | Theme: Greenery by iLemoned.
Follow
Follow Wilpan Junior Experiences

Get every new post delivered to your Inbox.

Join 6 other followers

Powered by WordPress.com
Send to Email Address Your Name Your Email Address
loading Cancel
Post was not sent - check your email addresses!
Email check failed, please try again
Sorry, your blog cannot share posts by email.

Minggu, 03 April 2011

kesulitan belajar

1
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA
Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc. (WI PPPPTK Matematika)

Tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja ada siswa yang mendapat nilai
matematika yang jauh di bawah nilai rata-rata teman sekelasnya. Orang tua
yang tidak menerima kenyataan ini lalu memeriksa pekerjaan anaknya. Mereka
kaget ketika mengetahui sang guru menyalahkan beberapa pekerjaan anaknya
yang benar seperti: 2,3 + 3,01 = 5,31 dan ½ + 1/3 = 5/6. Ternyata, setelah
diselidiki lebih lanjut oleh orang tuanya, si anak salah menulis soal karena ia
memiliki sedikit kekurangan pada organ matanya. Yang seharusnya 3,91
ditulisnya 3,01 dan 1/5 ditulis 1/3. Sang guru menyalahkan pekerjaan tersebut
karena ia hanya terpaku pada kunci jawaban. Setelah sang anak diberi
kacamata, ia tidak salah lagi menulis soal dan nilai matematikanya menjadi baik.
Contoh ini menunjukkan bahwa penglihatan yang kurang baik dapat menjadi
salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Dalam hal ini tulisan maupun
peragaan guru kurang bisa dilihat sehingga informasi guru tidak sampai dengan
sempurna.
Setiap guru mendambakan para siswanya dapat belajar dengan baik.
Namun kenyataannya tidaklah demikian. Sehingga guru mungkin pernah
menemui atau mengalami beberapa siswa yang selalu membikin ulah, selalu
mengacau, rendah diri, malas, lambat menghafal, ataupun membenci mata
pelajaran IPA, Matematika, ataupun Bahasa Inggris. Di sisi lain ada siswa yang
biasa ceria tetapi dengan tiba-tiba saja menjadi murung dan malas belajar.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, mengapa hal seperti itu dapat terjadi?
Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami hal-hal
yang menyebabkan ia tidak dapat belajar atau melakukan kegiatan selama
proses pembelajaran sedang berlangsung. Mungkin juga, si siswa dapat belajar
atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran sedang berlangsung,
namun tidak maksimal. Faktor penyebabnya dapat berasal dari dalam diri si anak
sendiri dan dapat juga dari luar. Pada contoh pertama, seorang anak mengalami
2
hambatan belajar yang disebabkan oleh faktor penglihatan yang kurang baik,
sedangkan pada contoh kedua, hambatan belajar tersebut lebih disebabkan oleh
faktor kejiwaan pada diri anak tersbut. Para ahli seperti Cooney, Davis &
Henderson (1975) telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan
tersebut, di antaranya:
1. FAKTOR FISIOLOGIS
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian
tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan
pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam
menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali
informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada
bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa
akan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak
anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna.
Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu,
siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran,
penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi
kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu
siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait
dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun
penglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian
depan. Untuk para orang tua, terutama ibu, makanan selama masa
kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik
putra-putrinya . Makanan yang dapat membantu pertumbuhan otak dan
sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi
perhatian para orang tua.

2. FAKTOR SOSIAL
3
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan
masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan
belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa
sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang
tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar
yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat
sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh
hati. Sebagai contoh, orang tua yang sering menyatakan bahwa Bahasa
Inggris adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat menurunkan
kemauan anaknya unutuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau
ia tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya
tidak bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan
sulitnya mata pelajaran tertentu di depan siswanya. Tetangga yang
mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur,
masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orang
tua yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun
kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat merupakan contoh
dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa.
Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk
belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan
cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa,
harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih
cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan
menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat
dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru,
dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan
kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam
membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di
samping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar
menjadi sangat menentukan.
4

3. FAKTOR KEJIWAAN
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar
secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata
pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu.
Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang
sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang
menyebabkan kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri,
siswa yang ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikannya
sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat
menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik
akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak
yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang
berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama
yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu
siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik.
Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang
guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga
menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat
juga terjadi, si siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh
guru tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat
merugikan si siswa tersebut. Peran guru memang sangat menentukan.
Seorang siswa yang pada hari kemarinnya hanya mampu mengerjakan 3
dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia hanya mampu
mengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai
kemajuan tersebut. Guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja,
namun hendaknya menghargai usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini,
diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi. Intinya, tindakan seorang
5
guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan
tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat
juga menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu
mata pelajaran.

4. FAKTOR INTELEKTUAL
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa.
Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat
kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada
yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki
pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan
bernalar. Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab
kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di samping itu, hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki pengetahuan
prasyarat. Ketika sedang belajar matematika atau IPA, ada siswa SLTP yang
tidak dapat menentukan hasil 1/2 + 1/3, (–5) + 9, ataupun 1 : ½. Siswa
seperti itu, tentunya akan mengalami kesulitan karena materi terebut
menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari matematika ataupun
IPA SLTP. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau Ibu Guru hendaknya
mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat
tersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebih
baik.

5. FAKTOR KEPENDIDIKAN
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang
selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk
belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang
salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang
6
membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari
faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan
ketidak berhasilan siswa tersebut.

Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya
menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang
berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai
dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat
tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang
menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat
berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung
tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang.
Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya
lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya.
Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada
keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. Sebagai contoh, siswa A
yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau pendengaran yang kurang
sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat elektronik tertentu
dan mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang
mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak
memerlukan kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun mereka
membutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai
guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelas
dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyata
ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah
seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi,
kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam
menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menyarankan
orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari
7
untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah
peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor
Depdiknas di dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh
faktor-faktor kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan
tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagi
Bapak dan Ibu Guru. Dengan membaca tulisan ini, diharapkan para guru akan
mengetahui, selanjutnya dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam PBM
terutama ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya,
mudah-mudahan usaha setiap jajaran Depdiknas untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa akan berhasil dengan gemilang.

Daftar Pustaka
Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching
Secondary School Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company.

Selasa, 22 Maret 2011

Beranda

Subscribe to our RSS Feed Follow Us on Twitter Be our fan on Facebook
Fauzan Aziz BLOG

Home
Business »
Downloads »
Parent Category »
Featured
Health »
music
politics
Uncategorized

HTML Hit Counters
HTML Hit Counters
Recent Posts
Blogger Tricks

وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَّعَبِ
Tags

cerita rakyat (7)
fishing (1)
islami (5)
skripsi (13)
tips and trik komputer (13)

Banner

Beranda
Skripsi PENGARUH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TERHAD...

Pages

Beranda
Skripsi PENGARUH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TERHAD...

Tags

cerita rakyat (7)
fishing (1)
islami (5)
skripsi (13)
tips and trik komputer (13)

Tags

cerita rakyat (7)
fishing (1)
islami (5)
skripsi (13)
tips and trik komputer (13)

Skripsi PENGARUH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
06:26 Fauzan Aziz


BAB I
PENDAHULUAN


A. Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalah pahaman, maka sebelum berbicara lebih lanjut penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini :
“PENGARUH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) DI KELAS VII MTs AL-KHAIRIYAH TALANGPADANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009”
Maka penulis merasa perlu untuk memperbaiki penegasan sebagai berikut :
1. Pengaruh
Pengaruh adalah “Daya yang ada atau timbul dari sesuatu benda, oarng yang turut menentukan keadaan, watak, kepercayaan, dan sebagainya.” [1]
Jadi yang dimaksud dengan pengaruh disini adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu proses interaksi belajar mengajar dalam bidang studi sejarah kebudayaan islam.
2. Interaksi Edukatif

Interaksi Edukatif adalah “terjadinya hubungan timbale balik antara guru (pendidik) dan peserta didik (murid) dalam suatu system pengajaran” [2].
Jadi yang dimaksud dengan interaksi edukatif adalah hubungan yang dinamis anatara guru dengan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan.
3. Proses Belajar Mengajar

Proses dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti : “Runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu”[3]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Belajar adalah : “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” [4]
Sardiman menyebutkan bahwa ”Belajar dilihat dalam arti luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi yang seutuhnya, kemudian dalam arti sempit belajar dapat diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknha kepribadian seutuhnya”.[5]

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan meliputi perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, dan perubahan itu diperoleh dari latihan atau pengalaman dari lingkungan.
Mengajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah : ”Memberikan pelajaran” [6]

Sedangkan menurut Sardiman AM menyebutkan :
“Mengajar dalam pengertian yang luas. Suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.” [7]
Dari pendapat mengajar tersebut di atas maka pengertian mengajar adalah suatu aktivitas seorang guru yang memberikan pelajaran kepada anak didiknya.
Jadi proses belajar mengajar adalah Runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diberikan oleh guru kepada anak didik.
4. Prestasi Belajar

Menurut Oemar Hamalik, fungsi utama evaluasi adalah untuk menentukan hasil-hasil urutan pengajaran yang bertalian langsung dengan penguasaan tujuan-tujuan yang menjadi target pengajaran.[8]
Menurut Kamus besar bahasa Indonesua bahwa prestasi adalah “hasil yang telah dicapai” [9]
Jadi prestasi belajar adalah pencapaian hasil belajar siswa yang berupa penghargaan atau nilai yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh guru

5. Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam
Bidang menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ”segi pandang atau aspek”[10]. Sedangkan Studi adalah penelitian ilmiah, kajian atau telaahan”[11]
Jadi bidang studi mengandung arti segi pandang atau aspek suatu penelitian ilmiah.
Sejarah Kebudayaan Islam adalah ilmu yang berusaha menggali peristiwa-peristiwa masa lalu[12]
Sejarah Kebudayaan Islam disini disebutkan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah yang menceritakan peristiwa Islam pada masa lalu.
Dari pengertian di atas Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam adalah segi pandang atau aspek suatu penelitian ilmiah tentang peristiwa Islam pada masa lalu.
6. MTs. Al-Khairiyah Talangpadang
MTs. Atau Madrasah Tsanawiyah Yaitu suatu lembaga pendidikan agama setingkat dengan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)
Al-Khairiyah adalah nama suatu lembaga atau yayasan yang ada di desa sinarbanten kecamatan talangpadang kabupaten tanggamus yang berpusat di Citangkil Kodya Cilegon Banten.
Talangpadang adalah nama suatu wilayah yang berada di Kabupaten Tanggamus.
Berdasarkan pada uraian tesebut d iatas maka dapat disimpulkan bahwa MTs. Al-Khairiyah Talangpadang adalah Suatu lembaga pendidikan agama yang setingkat dengan SLTP yang mempunyai yayasan yaitu Al-Khairiyah yang berada di Desa Sinarbanten dan di dalam wilayah Kabupaten Tanggamus, yang menjadi tempat penelitian penulis

B. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan atau pertimbangan yang mendasari penulis memilih judul adalah sebagai berikut :
1. Kurang meningkatnya prestasi belajar siswa terhadap bidang studi sejarah kebudayaan islam harus diteliti dan ditelaah untuk mencari faktor-faktor penyebabnya, sehingga dapat dicapai jalan keluar guna meningkatkan efektifitas proses belajar mengajardan dapat tercapainya prestasi belajar siswa yang lebih optimal.
2. Proses belajar mengajar di madrasah tsanawiayah al-khairiayah talangpadang telah dilakukan secara optimal agar prestasi siswa dapat meningkat dengan menerapkan interaksi edukatif dalam proses belajar mengajar namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan sehingga perlu diteliti faktor-faktor penyebabnya.
3. Mengingat betapa pentingnya bidang studi sejarah kebudayaan islam untuk terus diajarkan dan diintensifkan proses pembelajarannya kepada siswa dalam membekali pengetahuan, pengalaman dan kesadaran dalam pengamalan kehidupan sehari-hari baik disekolah maupun di masyarakat.

C. Latar Belakang Masalah

Setiap negara menentukan sendiri dasar tujuan pendidikan dinegaranya, hal in sangat ditentukan oleh bentuk dan corak falsafah yang dianut oleh bangsa dan negara tersebut. Sebagimana tujuan pendidikan nasional, yang tercantum dalam Undang-Undang republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang sisitem pendidikan nasional yaitu:
“mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”[13]
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, harus ditempuh melalui proses pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal, yaitu dengan mengikuti proses interaksi belajar mengajar.
Menciptakan suatu pendidikan yang baik dan efektif tidak akan terlepas dari kegiatan belajar mengajar yang dirumuskan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran, dalam kegiatan belajar mengajar perlu perhatikan tingakat keberhasilan (prestasi) peserta didik dalam menangkap ilmu yang disampaikan oleh pendidik agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan atau diberikan. Dengan demikian tujuan yang akan dicapai atau diinginkan dalam pengajaran tersebut mudah tercapai.
Selain itu perlu di perhatikan agar apa yang didapatkan siswa dari hasil belajar lebih permanen atau bertahan lama dalam ingatannya. Maksudnya, siswa tidak mudah melupakan apa yang diperolehnya sebagai hasil belajar. Hal ini, sangat penting karena materi pelajaran yang disusun berdasakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebelumnya telah dibuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah tersusun dan sistematis.
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari tentu saja seorang guru ingin selalu berhasil dalam pengajarannya. Semua ilmu pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang diajarkan kepada siswanya diharapkan dapat diterima, dicamkan, diingat dan diproduksikan oleh siswa. Bukanlah hal yang mudah untuk memperoleh hasil pengajaran seperti harapan yang telah dicita—citakan oleh guru. Mengajar suatu pelajaran meminta guru suatu usaha yang memerlukan pengorganisasian yang matang dari semua komponen dalam suatu situasi belajar mengajar.
Komponen itu adalah tujuan, materi, metode, perlengkapan, media dan alat evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar, komponen tersebut memegang peranan yang sangat penting.
Berdasarkan pra penelitian yang penulis lakukan pada siswa kelas VII semester Genap MTs. Al-Khairiyah Talangpadang Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan mewawancarai salah satu guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII di sekolah tersebut di peroleh informasi bahwa kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam telah berjalan lancar, pemberian materi pelajaran sesuai dengan Kurikulum KTSP mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Begitu pula dengan penyediaan sarana prasarana berupa perpustakaan serta buku-buku pokok dan buku penunjang pelajaran bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam cukup memadai. Guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam di madrasah tersebut pun memilki kualifikasi yang memadai.
Untuk selanjutnya diadakan pra survey terhadap 138 orang siswa kelas VII yang terdiri dari kelas VII.a = 45 orang siswa, kelas VII.b = 47 orang siswa, dan kelas VII.c = 46 orang siswa, untuk melakukan penjajakan awal yang hasilnya dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Interaktif Edukatif dan prestasi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas VII MTs Al-Khairiyah Talangpadang
Tahun Pelajaran 2008/2009
NO

Nama Siswa

Interaksi Belajar

Prestasi Belajar
1

Alisha Fitriyani

Tinggi

80
2

Deni Hardiansyah

Tinggi

75
3

Endang

Tinggi

60
4

Fatimah

Tinggi

50
Bersambung ……
Lanjutan Tabel 1
5

Galuh Putra Pratama

Tinggi

60
6

Indah Sari

Tinggi

80
7

Jauzah Hanifah

Tinggi

60
8

Kania Novita

Tinggi

50
9

Nasrofi

Tinggi

60
10

Piska Yusita

Tinggi

50
Sumber : Pengamatan Pra survey terhadap 10 orang siswa
Keterangan :
Tinggi : nilai 80 interaksi belajar cukup tinggi dan prestasi belajar memuaskan
Sedang : nilai 60-70 interaksi belajar cukup tinggi dan prestasi belajar cukup
Kurang : nilai 50 interaksi belajar cukup tinggi dan prestasi belajar kurang

Dari keterangan di atas dapat dijelaskan bahwa nilai tinggi diperoleh karena pengaruh interaksi multi arah yaitu, interaksi antara guru dengan murid, dan murid dengan murid, sedangkan nilai cukup diperoleh karena pengaruh interaksi dua arah yaitu interaksi antara guru dan murid, serta nilai kurang diperoleh karena pengaruh interaksi satu arah yaitu guru saja.
Dari tabel di atas maka nampak jelaslah bahwa interaksi edukatif dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) tersebut telah dilaksanakan. Adapun dari segi prestasi yang dicapai siswa MTs. Al-Khairiyah Talangpadang dalam mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2
Nilai Semester Ganjil Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Di Kelas VII MTs Al-Khairiyah Talangpadang Tahun Pelajaran 2008/2009
No

Nilai

Jumlah

Persen
1

70

-

-
2

60

5

3.62%
3

50

45

32.61%
4

40

64

46.38%
5

30

14

10.14%
6

20

10

7.25%


JUMLAH

138

100%
Sumber : Analisa hasil ulangan harian pada MTs. Al-Khairiyah Talangpadang
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa yang mendapat nilai 70 tidak ada, nilai 60 sebanyak 5 orang (3,62 %), nilai 50 sebanyak 45 orang (32,61 %) nilai 40 sebanyak 64 orang (46,38 %), nilai 30 sebanyak 14 orang (10,14 %), nilai 20 sebanyak 10 orang (7,25 %) dengan demikian jelaslah bahwa siswa MTs. Al-Khairiyah Talangpadang dalam bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam masih rendah. Berdasarkan standar nilai sebagai berikut :
a. 10 : Istimewa
b. 90 : Lebih baik
c. 80 : Baik
d. 70 : Lebih dari cukup
e. 60 : Cukup

f. 50 : Kurang
g. 40 : Kurang sekali
h. 30 : Buruk
i. 20 : Buruk sekali[14]

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa interaksi edukatif belajar mengajar yang telah dilaksanakan dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ternyata belum berhasil sehingga penulis merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “adakah pengaruh interaksi belajar mengajar terhadap prestasi belajar bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Di Kelas VII MTs Al-Khairiyah Talangpadang Tahun Pelajaran 2008/2009.

E. Hipotesis
“Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya”[15]
Menurut Suharsimi Arikunto
“Hipotesis harus didukung dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan”[16]
Berdasarkan pengertian di atas maka hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh interaksi belajar mengajar terhadap prestasi belajar bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Di Kelas VII MTs Al-Khairiyah Talangpadang Tahun Pelajaran 2008/2009.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui interaksi belajar mengajar bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Di Kelas VII MTs Al-Khairiyah Talangpadang Tahun Pelajaran 2008/2009.
b. Untuk mengetahui prestasi belajar bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Di Kelas VII MTs Al-Khairiyah Talangpadang Tahun Pelajaran 2008/2009.
c. Untuk Mengetahui pengaruh interaksi belajar mengajar terhadap prestasi belajar bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Di Kelas VII MTs Al-Khairiyah Talangpadang Tahun Pelajaran 2008/2009.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna ;
a. Sebagai Informasi tentang proses belajar mengajar bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam bagi para pendidik.
b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan keberhasilan proses interaksi edukatif dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
c. Dengan adanya penelitian ini menambah wawasan atau pengetahuan bagi penulis khususnya dalam menyusun skripsi untuk menyelesaikan studi di STAI Ma’arif Metro – Lampung.

G. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini penulis akan menguraikan tentang jenis dan sifat penelitian, Metode sampling dan populasi.
1. Jenis dan Sifat penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kancah atau lapangan, (field research) yang berusaha secara maksimal mengungkapkan fakta, lapangan dan kuantitatif melalui metode ilmiah dengan teknik pengumpulan data maupun analisis data yang jelas pula.
Sedangkan sifat penelitiannya adalah penelitian kualitatif yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”[17]
Dengan demikian dapat disimpulkan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dapat diartikan sebagai penelitian lapangan yang berusaha untuk mengungkapkan gejala atau fenomena suatu objek tertentu sekaligus untuk mengembangkan atau mendeskripsikan fenomena tertentu.
2. Populasi
Populasi Menurut Hadari Nawawi dalam Metodologi Penelitian Pendidikan yang dikutip oleh S Margono
“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.”.[18]
Populasi Menurut Suharsimi Arikunto
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya adalah penelitian populasi, studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus[19]
Berdasarkan pendapat di atas maka yang dimaksud dengan populasi
adalah sejumlah individu yang diteliti dalam suatu penelitian, sehingga penulis menentukan populasi penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas VII yang berjumlah 138 siswa di MA Al-Khairiyah ditambah satu guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam jadi penelitian ini adalah penelitian yang lebih dari 100 orang, semua populasi akan diteliti
3. Metode Sampling
Dalam suatu penelitian, sering berhadapan dengan populasi yang banyak. Adapun pengertian dari metode sampling adalah “Memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi.” [20]
Dalam pengertian yang lain metode sampling adalah “cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sample.”[21]
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode sampling adalah suatu cara dalam mengambil sample dari populasi sehingga contoh tersebut mewakili seluruh populasi.
Sedangkan pengertian populasi itu sendiri adalah “jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diduga.”[22]
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Sinarbanten Talangpadang Selanjutnya dalam menetapkan besar kecilnya sample penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto sebagai berikut :
“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila jumlah subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi, selajutnya jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.”[23]
Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis mengambil sample sebesar 25% dari jumlah populasi yang ada yaitu terdiri dari kelas VII.a = 45 siswa, kelas VII.b = 47 siswa dan kelas VII.c = 46 siswa, dengan jumlah seluruh 138 siswa yaitu 138 x 25/100 = 34,5 dibulatkan menjadi 35 dengan perincian sebagai berikut :

Table 3
Jumlah Prosentase Sampel Berdasarkan Populasi
No

Kelas

Populasi (25%)

Jumlah Sampel

Pembulatan Sampel
1

VII.a

45 x 25
100

11,25

11
2

VII.b

47 x 25
100

11,75

12
3

VII.c

46 x 25
100

11,5

12
Jumlah



34,5

35

3. Metode Pengumpulan Data.
a. Metode Observasi.
Menurut S. Margono pengertian observasi adalah “Pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.[24]
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa observasi adalah melaksanakan pengamatan kepada objek yang akan diselidiki dengan sistematis.
Metode ini digunakan sebagai penunjang untuk mengamati dan mengadakan pencatatan tentang jumlah siswa dan guru, mengamati tentang prestasi belajar siswa yang dialaksanakan di tempat penelitian.
Adapun yang menjadi sasaran dari metode ini adalah Kepala Sekolah, Kepala Staf Tata Usaha, Guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
b. Metode Interview
Metode Interview adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula, ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif.[25]

Dari kutipan tersebut maka Metode Interview merupakan suatu metode yang dilakukan penelitian untuk mengumpulkan suatu keterangan, fakta atau data melalui tanya jawab langsung atau berhadap muka dengan orang yang dibutuhkan, metode ini di tujukan kepada guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), kepala sekolah dan Siswa guna mengetahui tentang proses belajar mengajar.
c. Metode Kuesioner
Yang dimaksud kuesioner adalah proses pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden agar dijawab sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Jenis kuesioner yang dipakai di dalam penelitian ini adalah kuesioner langsung dan tak langsung . Kuesioner langsung yaitu “daftar pertanyaan yang diajukan kepada seseorang untuk meminta keterangan kepada dirinya sendiri” [26]. Kuesioner tak langsung adalah “daftar pertanyaan yang ditujukan kepada seseorang untuk meminta keterangan untuk orang lain” [27]
Kuesioner ini ditujukan kepada siswa untuk memperoleh data : interaksi aktif proses belajar mengajar bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) serta kondisi aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
d. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Didalam penggunaan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan notulen rapat, agenda, catatan harian dan sebagainya.[28]
Melalui metode ini peneliti dapat mengungkapkan dengan catatan sejarah singkat MTs. Al-Khairiyah Talangpadang, keadaan sarana prasarana gedung, keadaan guru dan prestasi belajar siswa maupun benda-benda lain yang dapat dicatat dan dilaporkan dalam penelitian ini secara lengkap data mendetail

4. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui analisis data kualitatif berupa angka-angka yang diperoleh melalui test maka peneliti menggunakan Rumus Product Moment dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
rXY : Angka indeks korelasi “r” Product Moment
n : Number of Cases (jumlah siswa diteliti)
åXY : Jumlah hasil perkalian skor X dan Y
åX : Jumlah skor X
åY : Jumlah skor Y [29]

[1] Anton M.moeliono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, balai pustaka, Jakarta 1994. hlm. 664.
[2] B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta,2002, hlm.156.
[3] Anton M.moeliono, dkk,Op-Cit,. hlm. 790
[4]Ibid,. hlm. 14
[5] Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Grafindo Persada, 2007, Hal 20
[6] Anton M.moeliono, dkk,Op-Cit,. hlm. 15
[7] Sardiman AM, Op.Cit, Hal 48
[8] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 2007, Hal 145
[9] Anton M.moeliono, dkk,Op-Cit,. hlm. 790
[10]Ibid,. hlm. 130
[11]Ibid,. hlm. 130
[12] Departemen Agama RI, Kurikulum Standar Kompetensi , Jakarta, , 2005, Hal 65
[13] Hasbullah, kapita selekta pendidikan Islam, Jakarta, 1996, hlm. 28
[14] Departemen Pendidikan Nasional, Hasil Laporan Pendidikan, Jakarta, 1999, hlm. 2
[15] S Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2007, Hal 63
[16] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik,Yogyakarta, Rineka Cipta, 2006 Hal 66
[17] Margono.S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2007, Hal 36
[18] ibid, 118
[19] Suharsimi Arikunto., Op.Cit. hal 115
[20] Ibid.., hal. 86
[21] Sutrisno Hadi, Metodologi Research,Jilid 1, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1985, hal. 63
[22] Suharsimi Arikunto, Op Cit, 130
[23] Ibdid…, hal. 120
[24] S. Margono, Ibid, 158
[25] ibid, 165
[26] Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, UGM Press, Yogyakarta, 1978, hal 156
[27] Ibid, hal 175
[28] S. Margono ,Op-Cit, 2007, Hal 181
[29] S. Margono ,Op-Cit, 2007, Hal 209

Share
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites
RSS FeedSubscribe
Follow Us on Twitter!Follow Us!
Follow Us on Twitter!Be Our Fan

Featured Video
Archives

Labels

cerita rakyat (7)
fishing (1)
islami (5)
skripsi (13)
tips and trik komputer (13)

Texts


Copyright © 2011 Fauzan Aziz BLOG | Powered by Blogger
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms

Minggu, 05 Desember 2010

Pengertian Pendidikan Keluarga.
Dalam ayat 4 pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan keluarga
merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan
keterampilan.
Pendidikan keluarga termasuk pendidikan informal dan karena
pendidikan informal adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar ( Idris, 1986:58).
Fungsi Pendidikan Keluarga.
Tugas utama dari pendidikan keluarga ialah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Adapun fungsi pendidikan
keluarga meliputi :
Pengalaman Pertama Masa Kanak-kanak
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama
yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.
Pendidikan keluarga adalah yang pertama dan utama, pertama
maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia disebabkan oleh kedua
orang tuanya, sedangkan utama maksudnya adalah bahwa orang tua
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Hal itu memberikan
pengertian bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan tidak
berdaya dan penuh ketergantungan orang lain. Orang tua adalah
xxiv
tempat menggantungkan diri bagi anak secara wajar, oleh karena itu
orang tua berkewajiban memberikan pendidikan pada anaknya dan
yang paling utama dimana hubungan orang tua dengan anaknya
bersifat alami dan kodrati (Hasbullah, 2001 : 39-40).
Menjamin Kehidupan Emosional.
Melalui pendidikan keluarga kehidupan emosional atau
kebutuhan akan kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang
dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara
pendidik dengan anak didik, sebab orang tua hanya menghadapi
sedikit anak didik dan karena hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta
kasih sayang murni. Kehidupan emisional ini merupakan salah satu
faktor yang terpenting didalam membentuk pribadi seseorang
(Hasbullah, 2001 : 41).
Menanamkan Dasar Pendidikan Moral.
Dalam pendidikan keluarga merupakan penanaman utama dasardasar
moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan
perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Memang
biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh
anak. Dengan teladan ini melahirkan gejala identifikasi positif yakni
penyamaan diri dengan seseorang yang ditiru dan hal ini penting
sekali dalam rangka pembentukan kepribadian (Hasbullah, 2001 : 42).
Memberikan Dasar Pendidikan Sosial.
xxv
Dalam pendidikan keluarga, perkembangan benih-benih
kesadaran sosial pada anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama
lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-menolong, gotongroyong
secara kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang
sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kebersihan dan
keserasian dalam segala hal (Hasbullah, 2001 : 43).
Peletakan Dasar-dasar Keagamaan.
Masa kanak-kanak masa yang paling baik untuk memupuk
dasar-dasar hidup beragama. Anak-anak seharusnya dibiasakan ikut
serta kemasjid bersama-sama untuk menjalankan ibadah,
mendengarkan ceramah keagamaan, kegiatan seperti ini besar
pengaruhnya terhadap kepribadian anak (Hasbullah, 2001 : 44).
Dasar Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Anak.
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya
meliputi:
Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan
orang tua dan anak. Kasih sayang orang tua yang ikhlas yang murni
akan mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab
untuk memberi pertolongan kepada anaknya (Hasbullah, 2001 : 44).
Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan
orang tua terhadap keturunannya. Adanya tangung jawab moral ini
meliputi nilai-nilai agama atau nilai-nilai spiritual. Menurut para ahli,
bahwa penanaman sikap beragama sangat baik pada masa anak-anak
xxvi
(usia 3 sampai 6 tahun) seorang anak memiliki pengalaman agama
yang asli dan mendalam serta mudah berakar dalam kepribadiannya.
Pada periode ini peranan orang tua dirasakan sangat penting melalui
pembiasaan misalnya orang tua sering mengajak anak-anaknya
ketempat ibadah sebagai penanaman dasar yang mengarahkan anak
pada pengabdian dan mampu menghargai kehadiran agama dalam
bentuk pengalaman dengan penuh ketaatan (Hasbullah, 2001 : 44).
Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya
akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
Tanggung jawab sosial itu merupakan perwujudan kesadaran
tanggung jawab kekeluargaan yang dibina oleh darah dan keturunan.
Terjalinnya hubungan orang tua dengan anak adalah untuk melindungi
dan memberikan pertolongan kepada anak dalam membimbing
mereka agar pertumbuhan dan perkembangannya menjadi sempurna
sebagaimana yang diharapkan untuk mengambil sikap mandiri dan
mampu mengambil keputusan sendiri serta kehidupannya dalam
keadaan stabil (Hasbullah, 2001 : 45).
Memelihara dan membesarkan anak. Tanggung jawab ini merupakan
dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan,
minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan
disamping itu orang tua bertanggung jawab dalam menjamin
xxvii
kesehatan baik jasamani maupun rohaniah dari berbagai gangguan
penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak
(Hasbullah, 2001 : 45).
Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila
ia dewasa akan mampu mandiri (Hasbullah, 2001 : 45).
Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga
Pengertian Pola Pendidikan dalam Keluarga.
Pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah mantap mengenai
suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau
mendiskripsikan gejala itu sendiri (Ariyono Suyono, 1976:327).
Pola adalah suatu wujud, tipe, sifat yang dikenakan seseorang oleh
orang yang lebih dewasa secara sadar atau tidak sadar terlaksana secara
bertahap, artinya merupakan suatu proses, mengharapkan hasil yang
positif, maka dapat dikatakan adanya suatu proses yaitu proses pendidikan.
Pola pendidikan yang diterapkan orang tua kepada anak sudah
tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini nantinya akan
mempengaruhi perkembangan anak itu sendiri. Secara garis besar dapat
dijelaskan bahwa perbedaan dalam pola pendidikan dapat terjadi karena
setiap orang tua memiliki sikap dan nilai-nilai yang berbeda dan akan
mempengaruhi mereka dalam menghadapi anak.
Pendidikan anak didalam keluarga adalah suatu wujud, tipe, sifat
yang disampaikan oleh anggota keluarga yang lebih dewasa (orang tua)
kepada anak untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan anak
xxviii
dalam keluarga merupakan pendidikan informal, dalam pelaksanaannya
tergantung dari pengalaman orang tua atau pendapat orang tua masingmasing.
Menurut Yaumil Agoes Athir (1994:11) orang tua hendaknya
memperhatikan dan menyesuaikan dengan peranan dan fungsinya yaitu :
a. Sebagai tokoh yang ditiru anak, maka pola pendiikan yang berisi
pemberian teladan.
b. Sebagai tokoh yang mendorong anak, maka pola pendidikanya adalah
pemberian kemandirian kepada anak, motivasi untuk berusaha dan
mencoba bangkit kembali bila mana mengalami kegagalan.
c. Sebagai tokoh mengawasi, dalam hal ini maka pola pendidikannya
adalah berisi pengendalian, pengarahan pendisiplinan, ketaatan,
kejujuran, orang tua perlu memberitahu apa yang boleh atau tidak
boleh dilakukan anak.
Ditarik kesimpulan bahwa pola pendidikan anak didalam keluarga
dapat ditandai oleh interaksi terus menerus antara orang tua dengan anaknya,
yang interaksi ini ditujukan agar anak dapat dididik hingga mencapai tumbuh
kembang secara sempurna.
Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga.
Menurut Singgih D. Gunarso (1986:116-117) mengemukakan 3 (tiga)
pola pendidikan yang digunakan oleh para orang tua dalam mendidik anakanaknya
adalah sebagai berikut :
xxix
a. Pola Pendidikan Otoriter.
Yaitu pola pendidikan dimana anak harus mengikuti pendapat dan
keinginan orang tua, kekuasaan dipilih orang tua. Anak tidak diperkenankan
memberikan pendapat kepada orang tua. Orang tua cenderung bersikap kaku,
suka memaksakan kehendak, selalu mengatur tanpa memperhatikan
kemauan dan perasaan anak, menghukum bila anak bertindak tidak sesuai
dengan kehendaknya dan kurang adanya komunikasi dengan anak.
b. Pola Pendidikan Demokratis.
Cara ini anak diberi kesempatan yang luas untuk mendiskusikan
segala permasalahan dengan orang tua dan orang tua mendengarkan keluhan
dan memberikan pandangan atau pendapat serta orang tua menghargai
pendapat anak-anak. Orang tua selalu memperhatikan perkembangan, saling
terbuka dan mau mendengarkan saran dan kritik dari anak.
c. Pola Pendidikan Permisif.
Yaitu pola pendidikan orang tua yang memberikan kebebasan penuh
pada anak tanpa dituntut kewajiban dan tanggung jawab. Orang tua kurang
kontrol terhadap perilaku anak, kurang membimbing dan mengarahkan anak
serta kurang komunikasi dengan anak.
Sedangkan Sutari (1984 : 123-125) menggolongkan pola pendidikan
anak dalam keluarga dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Pola Pendidikan Otoriter
Dalam pola pendidikan ini pemegang peranan adalah orang tua
karena semua kekuasaan dan keaktifan anak ditentukan oleh orang tua.
xxx
Anak sama sekali tidak mempunyai hak untuk mengemukakan
pendapat misal memilih sekolah, anak dianggap sebagai anak kecil,
anak tidak pernah mendapat perhatian yang layak.
Sifat anak dalam keluarga ini yaitu kurang inisiatif, gugup, raguragu,
suka membangkang, menantang kewibawaan orang tua, penakut
dan penurut.
b. Pola Pendidikan Demokrasi
Pola pendidikan ini memandang anak sebagai individu yang
berkembang sebab itu perlu adanya kewibawaan yang memimpinnya
(orang tua). Pola pendidikan ini disesuaikan dengan taraf
perkembangan anak dengan cita-citanya, minatnya, kecakapankecakapan
dan pengalamannya. Anak dilibatkan ditempat semestinya
yang mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif. Disamping
itu orang tua memberikan pertimbangan dan pendapat kepada anak
sehingga anak mempunyai sifat terbuka, anak dapat dipimpin dan
memimpin dengan penuh kreatif dan aktif.
Sifat anak dalam keluarga ini yaitu anak aktif didalam hidupnya,
penuh inisiatif, percaya diri, penuh tanggung jawab, menerima kritik
dengan terbuka, emosi lebih stabil dan mudah menyesuaikan diri.
c. Pola Pendidikan Permisif
Dalam pendidikan ini orang tua kurang tegas, anak menentukan
sendiri apa yang dikehendaki. Orang tua memberi kebebasan kepada
anaknya, orang tua tidak mempunyai fungsi sebagai pimpinan yang
xxxi
mempunyai kewibawaan dan suasana keluarga bebas. Dalam keluarga
ini anak merasa tidak ada pegangan tertentu dan norma-norma yang di
anut, sehingga bertindak atas kemauan sendiri dan tidak menghargai
orang lain sehingga selalu mementingkan diri sendiri.
Sifat anak dalam keluarga ini yaitu agresif, tidak dapat bekerja
sama dengan orang lain, emosi kurang stabil dan selalu mengalami
kegagalan karena tidak ada bimbingan.
Pola Sosialisasi Pendidikan Anak dalam Keluarga.
Menurut David A Gozali (dalam Diniarti F Soe’oed, 1990 : 30)
sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat
berpartisipasi sebagai anggota kelompok dalam masyarakat. Seseorang dapat
dikatakan sebagai makhluk sosial apabila ia mampu mensosialisasikan dirinya
baik di lingkungan keluarga maupun dimasyarakat. Menurut Varderzande
(dalam Diniarti F Soe’oed, 1990 : 30) sosialisasi merupakan proses sosial
untuk mempelajari cara-cara berfikir, berperasaan dan berperilaku sehingga
dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat.
Dalam suatu keluarga peran ibu, bapak, nenek, kakek, paman, bibi
begitu besar dalam membentuk suatu corak tersendiri yang khas dalam proses
sosialisasi. Bagi anak yang berada dalam lingkungan masyarakat yang
sederhana, keluarga merupakan sumber pengetahuan utam baginya (Rohidi,
1994 : 17).
xxxii
Sosialisasi dapat dilihat sebagai mekanisme hubungan kontrol
sosial mengenai prilaku anak-anak dalam satu kesatuan sosial. Proses
sosialisasi dalam keluarga, anak akan menangkap dan menyadap bentuk
pandangan hidup orang tua sebagai nilai-nilai.
Konsep sosialisasi pendidikan anak dalam keluarga dibagi menjadi
tiga teori antara lain:
Teori Sosialisasi Pasif.
Menurut Persons (dalam Robinson, 1986 : 58 – 61) berpendapat
bahwa sosialisasi seperti belajar, berlangsung terus sepanjang hidup. Un
sur-unsur kepribadian anak diperoleh dengan belajar, struktur kepribadian
dasar (Basic Personality Structure) adalah inti dari pola orientasi nilai
yang digariskan dalam masa anak-anak dan tidak mudah diubah secara
drastis dalam masa hidup dewasa. Sosialisasi dalam kerangka hubungan
fungsional yang terus menerus diarahkan untuk mencapai tujuan. Individu
harus berusaha menyesuaikan diri yaitu mempertahankan pola kemudian
mengintegrasikan perilaku baru itu dalam struktur kepribadian yang baru
tumbuh.
Pada teori pasif digunakan asumsi bahwa sianak hanya sekedar
memberi rerspons kepada rangsangan-rangsangan orang tua dan dengan
demikian mengabaikan kemungkinan bahwa sianak itu (bisa saja)
mengalami beberapa konflik dalam dirinya. Dalam model Persons adanya
suatu struktur kepribadian dasar yang sekali diletakkan pada masa anakanak
bersifat relatif statis selama hidup.
xxxiii
Sosialisasi adalah sesuatu yang terjadi pada manusia, nilai-nilai
diinternalisasikan, perilaku diubah sementara anak memberi respons
kepada tekanan-tekanan terhadap dirinya : Anak tidak diberi kesempatan
untuk menciptakan dunianya sendiri, demikian pula pengaruh anak
terhadap tindakan orang tua.
Teori Sosialisasi Aktif.
Sosialisasi aktif menurut pendapat Blume (dalam Robinson, 1986 :
66–67) adalah tindakan yang dibangun dalam usaha mengatasi kesulitankesulitan
dan tidak sekedar dilepaskan dari suatu struktur psikologis yang
ada sebelumnya oleh faktor-faktor yang mempengaruhi struktur itu.
Dalam teori aktif individu mempunyai kebebasan untuk berbuat sesukanya
dan mengabaikan kekuasaan yang ada pada sementara orang untuk
mengekang kegiatan orang-orang lain. Mead berpendapat bahwa individu
merupakan makhluk sosial dan hanya dibentuk dalam interaksi dengan
orang-orang lain.
Berger dan Lucmann (dalam Robinson, 1986 : 67) berpendapat
bahwa kita dilahirkan dalam suatu struktur sosial yang objektif, suatu
jaringan hubungan-hubungan yang sudah ada sebelum kita lahir dan
disana kita berkenalan dengan orang-orang lain yang signifikan (punya
arti bagi kita), yakni orang tua yang akan bertugas mensosialisasikan kita.
Teori sosialisasi aktif dan pasif dalam proses belajar sering banyak
dijumpai dalam keluarga seperti bagaimana keluarga mempertahankan
xxxiv
pola perilaku yang selama ini dihayati dan bagaimana dengan pola
perilaku yang mengandung situasi baru.
Teori Sosialisasi Radikal.
Teori sosialisasi radikal dipandang sebagai teori sosialisasi yang
penting untuk dipelajari dimana sosialisasi berlangsung dalam suatu
masyarakat yang berlapis-lapis. Latar belakang proses anak-anak menjadi
dewasa merupakan bagian integrasi dari proses pembentukan kelas.
Menurut pandangan Clarke (dalam Robinson, 1986 : 70) berpendapat
bahwa sosialisasi adalah sosialisasi kelas. Dimana kaum muda atau anak
mewarisi dari orang tua mereka suatu orientasi kultural terhadap masalah
umum kelas yang mungkin akan menimbang, membentuk dan
menunjukkan makna-makna yang kemudian akan diterapkan pada
berbagai bidang kehidupan sosial mereka.
Keluarga
Pengertian Keluarga.
Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Abu Ahmadi, 2004 : 96)
keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang terikat oleh satu turunan
lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,
esensial, dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu
untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
Keluarga merupakan persekutuan hidup primer dan alami
diantara seorang wanita dengan seorang pria yang diikat dengan tali
xxxv
perkawinan dan cinta kasih. Diantara makhluk yang bersekutu ini terdapat
unsur hakiki yang sama yaitu : cinta kasih, ketergantungan, saling
membutuhkan dan saling melengkapi. Mereka saling memberi, ngemong,
meminta, memberi pengorbanan, punya loyalitas atau kesetiaan, dan
saling melengkapi sesuai dengan kodratnya masing-masing. Dengan
lahirnya anak, ikatan perkawinan pada umumnya semkin kokoh, erat
terpatri, sebab anak merupakan andalan atau jaminan berpautnya cinta
kasih yang timbal balik. Lagi pula ketidak berdayaan bayi dan anak
membangkitkan imbauan pada kedua orang tuanya untuk bersama
memelihara, merawat, membesarkan, mengasuh dan mendidik anak-anak
dengan rasa tanggung jawab (Kartini, 1997:59).
Menurut Soelaeman (dalam Moch Shochib, 1998 : 17)
menyatakan bahwa dalam pengertian psikologis, keluarga adalah
sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri, sedangkan dalam pengertian paedagogis, keluarga
adalah “ satu “ persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara
pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang
bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling
melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian
dan fungsi sebagai orang tua.
Fungsi Keluarga.
xxxvi
Dalam kehidupan keluarga suatu pekerjaan atau tugas yang
harus dilakukan itu biasa disebut fungsi. Pekerjaan yang harus dilakukan
oleh keluarga itu dapat digolongkan kedalam beberapa fungsi :
a. Fungsi Biologis
Keluarga diharapkan dapat menyelenggarakan persiapanpersiapan
perkawinan bagi anaknya. Persiapan perkawinan yang perlu
dilakukan oleh orang tua bagi anak-anaknya sejak anak menginjak
kedewasaan dapat berupa pengetahuan tentang kehidupan suami-isteri,
mengatur rumah tangga bagi sang isteri, tugas dan kewajiban sang
suami, memelihara pendidikan bagi anak-anak (Abu Ahmadi, 2003 :
89).
b. Fungsi Pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya
dapat terlindung dari gangguan-gangguan sebagai berikut : gangguan
udara dengan menyediakan rumah, gangguan penyakit dengan
berusaha menyediakan obat-obatan, gangguan bahaya. Bila dalam
keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan sebaik-baiknya sudah tentu
membantu terpeliharanya keamanan dalam masyarakat (Abu Ahmadi,
2003 : 90).
c. Fungsi Ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan pokok yaitu :
kebutuhan akan makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk menutup
tubuhnya, serta kebutuhan tempat tinggal. Dalam keluarga juga
xxxvii
berusaha melengkapi kebutuhan jasmani dimana keluarga (orang tua)
diwajibkan berusaha mendapatkan perlengkapan jasmani baik yang
bersifat unum maupum individual. Perlengkapan jasmani yang bersifat
umum misalkan kursi, tempat tidur, lampu dan sebagainya, sedangkan
yang bersifat individual misalkan alat-alat sekolah, pakaian,
permainan bagi anak-anak. Permainan merupakan sebagai nilai
mengembangkan daya cipta disamping nilai rekreasi (Abu Ahmadi,
2003 : 90).
d. Fungsi Keagamaan
Di Negara Indonesia yang berideologi Pancasila berkewajiban
pada setiap warganya untuk menghayati, mendalami damn
mengamalkan Pancasila didalam perilaku dan kehidupan keluarganya.
Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalani dan
mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya
sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Abu
Ahmadi, 2003 : 90-91).
e. Fungsi sosial
Dalam fungsi ini keluarga memperkenalkan nilai-nilai dan
sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari perananperanan
yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah
dewasa. Generasi tua dalam keluarga yaitu ayah, ibu mewariskan
sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik dan
buruknya perbuatan dan nilai-nilai (Abu Ahmadi, 2003 : 91).
xxxviii
Kemiskinan
Pengertian Kemiskinan.
Dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat yang tergolong
miskin, kemiskinan adalah sesuatu yang nyata adanya, karena mereka
sendiri yang merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan
tersebut. Kemiskinan akan lebih terasa lagi apabila mereka telah
membandingkan dengan hidup orang lain yang lebih tinggi tingkat
kehidupannya. Selanjutnya kemiskinan dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti
pangan, sandang, papan sebagai tempat berteduh.
Menurut Emil Salim (dalam Abu Ahmadi, 2003 : 326)
menyatakan bahwa mereka berada dibawah garis kemiskinan apabila
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling
pokok, seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. Sedangkan
menurut Suparlan (dalam Abu Ahmadi, 2003 : 326) menyatakan